c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

04 Desember 2024

19:33 WIB

Penularan HIV Pada Ibu Hamil Masih Tinggi Di Indonesia

Saat ini ada 0,3% atau sekitar 230.000 ibu hidup dengan HIV. Karena itu penanganan atau eliminasi HIV dari ibu ke anak menjadi salah satu prioritas utama di Indonesia.

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Rendi Widodo

<p>Penularan HIV Pada Ibu Hamil Masih Tinggi Di Indonesia</p>
<p>Penularan HIV Pada Ibu Hamil Masih Tinggi Di Indonesia</p>

Ilustrasi pita merah AIDS. Antara Foto/Ari Bowo Sucipto 

JAKARTA - Prevalensi nasional HIV pada ibu hamil di Indonesia hingga kini terus meningkat. Berdasarkan laporan tim Studi MENJAGA, saat ini ada 0,3% atau sekitar 230.000 ibu hidup dengan HIV. Karena itu penanganan atau eliminasi HIV dari ibu ke anak menjadi salah satu prioritas utama di Indonesia.

Peneliti utama tim Studi MENJAGA Prof. Ari Probandari menjelaskan bahwa sebetulnya penularan HIV dari ibu hamil ke bayinya bisa dicegah. Syaratnya adalah ibu hamil dapat menjalani tes HIV sejak dini dan memulai terapi antiretroviral (ARV) bila diperlukan.

Menurut Ari, dalam konteks eliminasi HIV, pelayanan antenatal care (ANC) juga berperan penting sebagai platform utama untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan HIV pada ibu hamil. 

Cakupan ANC yang baik dapat mewujudkan inisiatif 95-95-95 yang telah ditetapkan oleh WHO. Targetnya adalah 95% cakupan ANC, 95% cakupan tes HIV/sifilis/hepatitis B pada ibu hamil, dan 95% cakupan pengobatan untuk mereka yang dites positif HIV/sifilis/hepatitis B.

Potensi pelayanan ANC dalam mencegah penularan HIV di Ibu hamil juga telah coba dibuktikan Ari melalui studi MENJAGA yang merupakan kerja sama UGM, Universitas Sebelas Maret, London School of Hygiene & Tropical Medicine (LSHTM), dan University of New South Wales, dilaksanakan di dua daerah yaitu Kota Bandung dan Kabupaten Bogor. 

Pelaksanaan studi ini diharapkan membantu tim peneliti dalam mengetahui efektivitas dan efisiensi biaya dari intervensi peningkatan kualitas yang berkesinambungan atau CQI dalam meningkatkan cakupan tes antenatal untuk HIV, sifilis dan hepatitis B. 

Inti dari CQI adalah melibatkan pelaksana layanan kesehatan secara aktif untuk mengidentifikasi masalah dalam proses layanan dan mencari solusi sederhana yang dapat diterapkan langsung. 

Dengan melibatkan dinas kesehatan dan puskesmas, November lalu juga telah dilaksanakan pertemuan CQI di kedua wilayah untuk mendiskusikan hal-hal yang telah dilakukan selama fase intervensi yang berlangsung selama tujuh bulan. 

Puskesmas Rusunawa Kota Bandung melaporkan bahwa pada Juni 2024, cakupan tes HIV/sifilis/hepatitis B pada ibu hamil di puskesmas ini sebesar 34% dengan menyasar 339 ibu hamil. Tim CQI Puskesmas menargetkan cakupan tersebut naik hingga 75% saat berakhirnya masa intervensi pada September 2024. 

Di akhir masa intervensi, puskesmas bahkan bisa melampaui target dengan membukukan cakupan mencapai 85%. Target tersebut berhasil dicapai berkat intervensi yang dilakukan seperti kerja sama dengan jejaring layanan swasta atau praktik bidan mandiri yang ada di wilayah kerja puskesmas.

Dalam kerja sama ini, puskesmas berperan menyediakan reagen, sedangkan jejaring melaporkan layanan tes yang dilakukan di tempatnya. Dengan demikian, Puskesmas Rusunawa tidak hanya mengalami peningkatan angka cakupan, tetapi juga memiliki pencatatan dan pelaporan yang lebih rapi dan sistematis. Manfaat serupa dirasakan oleh puskesmas lain. 

"Kami bersyukur menjadi salah satu puskesmas yang diintervensi secara langsung dalam studi ini," terang dr. Ike Puri Purnama Dewi, Kepala UPTD Puskesmas Kopo, Kota Bandung.

Studi MENJAGA saat ini dalam tahap pengambilan data endline dan evaluasi proses intervensi yang dilakukan oleh tiap puskesmas. Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan studi ini adalah membantu layanan kesehatan agar cakupan tes pada HIV, sifilis dan hepatitis B meningkat. 

KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar