c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

28 Maret 2025

20:20 WIB

Peneliti Temukan Cara Deteksi Dini Alzheimer Lewat Tes Penciuman

Melakukan deteksi terhadap alzheimer sebenarnya agak sama. Para peneliti menemukan adanya hubungan antara penurunan indra penciuman dan demensia

<p>Peneliti Temukan Cara Deteksi Dini Alzheimer Lewat Tes Penciuman</p>
<p>Peneliti Temukan Cara Deteksi Dini Alzheimer Lewat Tes Penciuman</p>

Ilustrasi alzheimer pada lansia. Freepik

JAKARTA - Cara terbaik untuk memperlambat terjadinya alzheimer adalah dengan melakukan deteksi sejak dini. Tapi sayangnya kebanyakan deteksi dilakukan setelah munculnya gejala, seperti mulai pikun.

Para peneliti di Mass General Brigham, sebagaimana dikutip dari Medical Daily, telah mengambil langkah besar menuju deteksi dini menggunakan indra penciuman.

Alzheimer saat ini menyerang hampir 7 juta orang Amerika, dan jumlah tersebut diperkirakan akan berlipat ganda menjadi 13,9 juta pada tahun 2060. Statistik yang lebih mengejutkan adalah bahwa sekitar 90% individu dengan penurunan kognitif ringan tidak pernah menerima diagnosis formal.

Mendiagnosis penyakit Alzheimer pada tahap awal merupakan tantangan ketika gejalanya dapat samar dan mudah diabaikan. Tidak ada satu tes definitif untuk membedakan kelupaan normal terkait usia dari awal penurunan kognitif.

Tanda-tanda peringatan dini sering kali meliputi hilangnya ingatan, kesulitan menemukan kata-kata, kesulitan memecahkan masalah, dan perubahan suasana hati atau perilaku.

Penelitian telah menunjukkan hubungan antara penurunan indra penciuman dan demensia. Daerah otak yang bertanggung jawab untuk memproses bau sering kali menjadi yang pertama terkena dampak Alzheimer, dengan perubahan yang dimulai 15-20 tahun sebelum masalah ingatan muncul.

Ilmuwan di Mass General Brigham kini telah mengembangkan pengetahuan ini untuk mengembangkan tes penciuman digital sederhana di rumah yang disebut Tes Kesehatan Otak AROMHA (ABHT) yang dapat mendeteksi Alzheimer bertahun-tahun sebelum gejala tradisional muncul.

ABHT dapat mengevaluasi kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi, membedakan, mengingat, dan mengukur kekuatan bau yang berbeda untuk memberikan petunjuk tentang kesehatan otak dan potensi tanda-tanda awal penurunan kognitif.

"Deteksi dini gangguan kognitif dapat membantu kita mengidentifikasi orang-orang yang berisiko terkena penyakit Alzheimer dan melakukan intervensi bertahun-tahun sebelum gejala ingatan muncul," kata ahli saraf di Rumah Sakit Umum Massachusetts sekaligus penulis utama studi Mark Albers, dikutip dari Antara.

Para peneliti menggunakan ABHT pada kelompok yang berbeda, termasuk individu dengan kognitif normal, mereka yang memiliki keluhan kognitif subjektif, dan mereka yang memiliki gangguan kognitif ringan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja penciuman menurun seiring bertambahnya usia, dan orang dengan gangguan kognitif ringan memiliki skor yang lebih rendah dalam identifikasi dan diskriminasi bau dibandingkan dengan individu dengan fungsi kognitif normal, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau pendidikan.

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pengujian penciuman dapat digunakan dalam penelitian klinis dalam berbagai bahasa dan di antara orang dewasa yang lebih tua untuk memprediksi penyakit neurodegeneratif dan perkembangan gejala klinis," ucap Albers.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar