c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

23 Juni 2025

15:48 WIB

Peneliti BRIN Kembangkan Soft & Continuum Robot Untuk Bedah Tanpa Sayat

Soft & continuum robot untuk tindakan medis ini dikembangkan dari penggabungan artificial intelligence (AI), teleoperated surgery, enhance imaging, miniaturization, dan automation.  

Penulis: Arief Tirtana

<p>Peneliti BRIN Kembangkan <em>Soft &amp; Continuum Robot</em> Untuk Bedah Tanpa Sayat</p>
<p>Peneliti BRIN Kembangkan <em>Soft &amp; Continuum Robot</em> Untuk Bedah Tanpa Sayat</p>
Ilustrasi Operasi. Shutterstock/Aleksandr Lupin

JAKARTA - Dalam dunia medis, tindakan bedah atau operasi kini bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi robotika. Jika dulu tindakan medis seperti hanya bisa dilakukan oleh tangan manusia, kemudian seiring dengan perkembangan teknologi, beranjak ke operasi tanpa syatan besar atau laparoskopi dan berkembang lagi dengan robot yang bisa dikontrol dari jarak jauh.

Periset Pusat Riset Mekatronika Cerdas (PRMC) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dimas Sangaji, sedang mengembangkan riset robotika, yakni soft & continuum robot untuk operasi bedah.

"Robot mulai mengalami evolusi, yang asalnya kaku atau rigid seperti yang ada di industri namun sekarang sudah berkembang menjadi soft & continuum robot atau disebut juga robot yang tidak bersendi yang memiliki kebebasan bergerak tanpa batasan (fleksibel), bermaterial lunak seperti silikon, jadi aman digunakan untuk tubuh manusia,” kata Dimas seperti dikutip dari laman brin.go.id.

Jenis robot ini bersifat lentur, pergerakannya meniru struktur biologis hewan seperti tentakel gurita, belalai gajah, atau lidah. Karena bentuknya yang tidak kaku, robot dapat bergerak dengan aman di dekat manusia dan sangat adaptif terhadap lingkungan.

Seiring dengan teknologi bedah dengan robot, perkembangan terbaru yakni natural orifice transluminal endoscope surgery (NOTES) atau lubang yang sudah ada pada manusia seperti hidung, anus, mulut tanpa sayatan sama sekali.

Adapun soft & continuum robot yang dia kembangkan merupakan penggabungan dengan artificial intelligence (AI), teleoperated surgery, enhance imaging, miniaturization, dan automation. Namun, Dimas saat ini berfokus pada stiffness control.

"Maksudnya, bagaimana robot ini memiliki dua kekakuan, lunak dan keras. Saat robot melintasi rongga-rongga tubuh, kekakuannya harus lunak agar tidak melukai organ tubuh. Kemudian saat melakukan prosedur bedah, robot harus mengeras agar dapat presisi,” jelas Dimas.

Lebih jauh dia menuturkan, robot ini sangat dibutuhkan karena pasien dengan penyakit diabetes, atau anak-anak dan usia lanjut akan rentan jika memiliki sayatan yang besar. Selain itu, keunggulannya dapat mempercepat pemulihan, menghindari human error, dan jika didukung oleh smart imaging, dokter akan lebih mudah menemukan lokasi pembuluh darah.

"Saat ini, perkembangan terbaru dalam robotika medis termasuk robot bedah Da Vinci SP (Single Port), yang merupakan inovasi terkini dalam teknologi robotika untuk prosedur bedah minim invasif. Mereka mengembangkan robot hanya menggunakan satu lubang berukuran 2,5 sentimeter untuk operasi seperti urologi atau tenggorokan," tambahnya.

Menghadapi tantangan ke depan, peran robotika dalam membantu operasi bedah diharuskan aman tanpa melukai organ dan jaringan, dituntut untuk terus berevolusi ukuran yang lebih kecil agar bisa masuk ke organ manusia yang sempit dan kecil.

Kepala PRMC BRIN, Yanuandri Putrasari mengungkapkan, robot tidak hanya berbentuk seperti manusia. Saat ini, robot sudah berkembang dalam berbagai bentuk dan bermanfaat di banyak bidang, seperti kesehatan, pertahanan dan keamanan, pertanian, eksplorasi lingkungan, kebencanaan serta industri modern.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar