05 Maret 2024
12:24 WIB
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Siapa tak suka coklat? Kudapan satu ini disuka banyak orang lantaran rasanya yang manis serta memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Sayangnya, sensasi manis di setiap gigitan coklat, membuat para penderita diabetes khawatir untuk menikmatinya.
Karena itu, Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ervika Rahayu Novita Herawati, mengembangkan tanaman coklat atau kakao yang aman bagi penderita diabetes.
‘’Mengkonsumsi cokelat juga dapat mengontrol gula darah dan melancarkan peredaran darah. Hal ini karena kandungan flavanol di dalam cokelat,’’ ucap Ervika, seperti dikutip dari laman brin.go.id, Selasa (5/3).
Dirinya menjelaskan, coklat sendiri sebenarnya memiliki kandungan yang baik untuk kesehatan, seperti mencegah penyakit jantung, kanker, dan menghambat penuaan dini. Kandungan senyawa flavonoid dalam cokelat memiliki aktivitas antioksidan.
‘’Coklat mengandung kalsium, sehingga bisa menguatkan tulang dan gigi, potassium mengatur tekanan darah, magnesium untuk membantu penyerapan kalsium. Sedangkan asam phenylethylamine dapat merangsang otak untuk mengeluarkan hormon endorfin dan serotonin yang berfungsi sebagai penenang alami untuk relaksasi,’’ paparnya.
Bersama dengan tim dari Kelompok Riset Rekayasa Teknologi Protein Alternatif PRTPP bekerja sama dengan Bank Indonesia KPW Yogyakarta dan Dinas Pertanian Kabupaten Gunungkidul, dirinya mulai melakukan penelitian sejak tahun 2014.
Adapun penelitian tersebut dilakukan di Desa Nglanggeran, Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta, tepatnya di sekitaran Gunung Api Purba Nglanggeran. Dirinya menilai, kualitas coklat di Gunungkidul dapat bersaing dengan produk daerah lain, asalkan cara pengolahannya dilakukan dengan benar.
“Ketika kita dapat mengontrol pengolahan dari awal sampai akhir, maka sangat menentukan kualitas produk coklat, sehingga pengolahan pascapanen harus dilakukan secara tepat,” ujar Ervika.
Selama ini, katanya, para petani coklat di daerah tersebut hanya mengolah sampai pada produk biji kering dan langsung dijual ke pengepul. Para petani juga belum semua menerapkan proses fermentasi dengan tepat.
Melihat fakta minimnya pengetahuan akan pengolahan biji coklat, pihaknya mulai melakukan pembinaan dan pendampingan yang dibagi menjadi tiga klaster konsep UKM. Diantaranya pemetikan biji, pengolahan biji, dan versifikasi.
"Ketiganya harus saling terkait, jika salah satu hasilnya kurang maksimal akan berpengaruh pada kualitas produknya," jelasnya.
Di tahapan pengolahan biji, proses fermentasi mempunyai peran penting. Karena pada proses fermentasi ini akan terbentuk precursor cita rasa yang berpengaruh dikualitas produk akhir nantinya. Bersamaan dengan itu pula, pihaknya juga mengembangkan coklat probiotik.
"Dalam proses ini adanya penambahan bakteri asam laktat yang diformulasikan sedemikian rupa serta menggunakan beberapa jenis gula yang aman untuk penderita diabetes," terang Ervika
Lebih lanjut Ervika menerangkan, produk coklat hasil penelitian tersebut telah melalui beberapa pengujian lab, yang meliputi analisis fisik, analisis kimia, serta pengujian sensoris untuk menguji cita rasa.
Dari hasil pengujian menggunakan hewan coba (uji in-vivo), didapati adanya penurunan glukosa darah pada hewan coba (tikus) yang mengkonsumsi coklat probiotik. Setelah itu dilanjutkan pengujian kepada manusia.
Ervika menyebutkan penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai indeks glikemik yaitu pola kenaikan glukosa darah responden ketika mengkonsumsi suatu makanan. "Hasil penelitian menunjukkan nilai indeks glikemik yang rendah pada cokelat probiotik, sehingga dapat dikatakan bahwa cokelat hasil penelitian ini aman untuk dikonsumsi penderita diabetes," ujarnya.
Hasil riset tersebut telah dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional dan hak kekayaan intelektual dalam bentuk paten, baik paten terdaftar maupun paten yang telah dikabulkan. Ia optimis kelompok risetnya siap berkolaborasi dengan industri, UMKM, dan kelompok masyarakat petani cokelat terkait riset dan lisensi pemanfaatan hasil riset.
"Hal ini dikarenakan agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat, khususnya petani cokelat di Indonesia. Tujuannya untuk meningkatkan nilai ekonomi, dan lebih luas lagi untuk penggemar cokelat yang sehat dan aman bagi penderita diabetes," pungkas Ervika.