c

Selamat

Rabu, 19 November 2025

KULTURA

27 Mei 2021

08:01 WIB

Pendet, Tarian Penyambut Dewata

Seiring berjalannya waktu, kesakralan Tari Pendet pun berubah

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

Pendet, Tarian Penyambut Dewata
Pendet, Tarian Penyambut Dewata
Tari Pendet. Sumber foto: Wikipedia/dok

JAKARTA – Tari pendet merupakan salah-satu kesenian Bali yang sangat populer. Tarian ini umumnya ditampilkan dalam prosesi penyambutan tamu-tamu kehormatan, atau sebagai sajian pariwisata budaya khas Pulau Dewata.

Tari pendet selalu mampu memukau para penikmatnya, dengan gerakan penari perempuan ayu yang melenggok mengikuti alunan gamelan. Sekelompok penari akan bergerak dengan selaras, begitu tenang, begitu menghanyutkan.

Mengutip Indonesia Kaya, tari pendet konon adalah tarian selamat datang paling tua di Pulau Bali. Pada mulanya, tarian ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual masyarakat Hindu di Bali. Tarian ini dimainkan sebagai bagian upacara Piodalan di pura, sebagai ungkapan syukur dan dukacita.

Menurut cerita, tari pendet sejatinya adalah tarian penyambutan bagi para dewata yang turun dari khayangan. Tarian ini semula lahir dari prosesi mendet yang dilakukan dalam upacara piodalan di pura. Prosesi mendet merujuk pada ritus menari gembira yang dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan setelah pendeta mengumandangkan puja mantra.

Ahmad Yunus dalam Ensiklopedi Tari Indonesia Seri P-J menjelaskan, pendet merupakan sajian untuk para leluhur yang disebut Bhatara dan Bruitari. Pementasan tari ini biasa digelar di halaman pura, menghadap ke arah pelinggih atau suci, di mana Bhatara dan Bhatari bersemayam.

Tari pendet dibawakan oleh perempuan dengan memakai pakaian adat. Para penari membawa sebuah bokor yang berisi bunga-bunga, serta alat-alat upacara berupa mangkuk, kendi dan lain sebagainya. Pengiring tarian ini disebut dengan gamelan gong.

Pada akhir tarian, para penari akan meletakkan alat-alat upacara tersebut ke palingging, serta ada pula yang menabur bunga ke arah pramita (simbol Bhatara dan Bhatari), sebagai bentuk penghormatan.

Lazimnya tari pendet dibawakan oleh para perempuan. Namun, di desa tertentu, ada pula yang juga melibatkan penari laki-laki. Penari laki-laki ini biasa memakai pakaian adat berupa ikat kepala putih, selendang hingga sarung tenun.

Seiring perkembangan waktu, sakralitas tari pendet mulai berubah. Tak lagi sekadar tarian penyambut dewa, tarian ini pun juga ditampilkan dalam rangka penyambutan tamu, sebagai bagian dari promosi wisata Bali. Selain itu, tarian ini juga dimainkan sebagai sajian pembuka dalam pertunjukan-pertunjukan tari di Bali.

Dari sini, muncul pula penamaan tari pendet penyambutan yang berfungsi hiburan. Perluasan peran tari pendet ini mulai terjadi sejak tahun 1950-an, dimulai oleh seniman I Wayan Rindi dan Ini Ketut Reneng. Semula, keduanya menciptakan tari pendet dengan formasi empat penari. Pada kemudian hari, formasi itu diubah menjadi lima penari.

Entah direncanakan atau tidak, entah menyalahi pekem atau tidak, tari pendet hari ini sudah sangat kental sebagai hiburan. Para turis asing di Bali disambut setiap kali tiba, dan dibikin terkesan dengan pengalaman menonton perempuan menari dengan anggun dan gemulai. Dari kesan-kesan serta cerita-cerita para pelancong ini pula, tari pendet pun mendunia.

Popularitas tari pendet dewasa ini sudah sangat maju. Ia masih terus disajikan dalam berbagai acara penyambutan tamu. Di samping itu, banyak pula para remaja yang tertarik mendalami tarian tersebut, lewat berbagai kursus. Tak hanya bersifat lokal, popularitas tari pendet menjangkau masyarakat hingga luar Bali.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar