c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

24 Juli 2025

13:53 WIB

Penderita Sklerosis Multipel Sangat Berisiko Alami Disfungsi Seksual

Bukan hanya menyerang fungsi motorik dan kognitif sklerosis multipel juga berdampak signifikan kesehatan seksual penderitanya.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Satrio Wicaksono

<p id="isPasted">Penderita Sklerosis Multipel Sangat Berisiko Alami Disfungsi Seksual</p>
<p id="isPasted">Penderita Sklerosis Multipel Sangat Berisiko Alami Disfungsi Seksual</p>

Ilustrasi pasangan suami istri yang mengalami disfungsi seksual. Shutterstock/SORN340 Studio Images

JAKARTA - Kesehatan seksual masih menjadi topik yang jarang disentuh dalam penanganan sklerosis multipel atau multiple sclerosis (MS) , padahal dampaknya bisa sangat signifikan bagi kualitas hidup pasien. Pasien MS kerap mengalami disfungsi seksual. 

Melansir laman Medscape, MS bukan hanya menyerang fungsi motorik dan kognitif saja, tetapi juga berdampak signifikan terhadap kesehatan seksual penderitanya. Sejumlah studi menunjukkan,40-80% pria dan 50-70% wanita dengan MS mengalami disfungsi seksual dalam berbagai bentuk.

Arnaud Zeler, dokter dan seksolog asal Prancis, menjelaskan bahwa MS menyerang sistem saraf pusat, dampaknya jenis gangguan seksual yang muncul bisa sangat beragam. "MS dapat menyebabkan disfungsi seksual yang luas dan kompleks,” ujar Dr. Zeler. 

Adapun gejala yang dialami setiap penderita berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, lokasi lesi di otak atau tulang belakang, serta stadium perkembangan penyakit. Pada wanita, keluhan umum meliputi berkurangnya pelumasan vagina, penurunan sensitivitas pada klitoris dan area erotis, kesulitan mencapai orgasme, hingga nyeri saat berhubungan. 

Sedangkan pada pria, disfungsi ereksi baik sebagian maupun total merupakan masalah yang paling sering terjadi, diikuti gangguan ejakulasi dan penurunan sensasi pada area genital.

"Baik pada pria maupun wanita, penurunan gairah seksual (hypoactive sexual desire) dan kelelahan kronis akibat MS juga menjadi faktor yang kerap melemahkan libido dan menghambat aktivitas seksual," tambahnya.

Disfungsi seksual akibat MS dapat berdampak jauh lebih dalam, menyentuh aspek personal dan relasi. Akibatnya, pasien kerap merasa frustrasi, bersalah, bahkan mengalami penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.

Kerap Dianggap Tabu

Berbagai survei internasional termasuk dari Multiple Sclerosis International Federation secara konsisten menunjukkan,  kesehatan seksual merupakan komponen penting dalam penilaian kualitas hidup penderita MS. Namun demikian, isu ini masih kerap dianggap tabu. 

Dalam praktik medis sehari-hari, isu seksual hampir tidak pernah dibahas baik oleh pasien maupun dokter. Dari sisi pasien, rasa malu, takut distigma, atau menganggap masalah seksual hanya efek samping dari gejala MS lainnya sering membuat mereka enggan mengungkapkan keluhan.

Faktanya, hanya 22,4% wanita dengan MS yang melaporkan keluhan seksual kepada tenaga kesehatan. Dari sisi dokter pun tak lepas dari tantangan. Minimnya waktu konsultasi, kurangnya pelatihan soal kesehatan seksual, rasa canggung, atau kebingungan bagaimana memulai pembicaraan sering menjadi hambatan. 

Diam dari kedua pihak ini menyebabkan keluhan seksual tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, sehingga memperberat perjalanan pengobatan pasien. Padahal, berbagai pilihan terapi sebenarnya tersedia dan dapat diadaptasi sesuai kebutuhan pasien. 

“Untuk disfungsi ereksi, pengobatan lini pertama yang efektif adalah inhibitor phosphodiesterase tipe 5 seperti sildenafil atau tadalafil,” jelas Zeler.

Sementara itu, untuk wanita yang mengalami kekeringan pada vagina, pelumas berbahan dasar air atau silikon sangat dianjurkan. Penggunaan pelembap vagina secara rutin juga dapat meningkatkan kenyamanan dan kesehatan jaringan.

Keluhan lain seperti spastisitas otot dan nyeri juga bisa memengaruhi fungsi seksual, sehingga perlu dikelola melalui kombinasi obat. Misalnya, relaksan otot, analgesik, atau obat nyeri neuropatik maupun terapi non-obat seperti fisioterapi atau osteopati.

Salah satu gejala paling umum dan melelahkan pada MS adalah kelelahan kronis yang juga memengaruhi kemampuan beraktivitas seksual. Penanganan yang tepat untuk mengelola kelelahan sangat penting agar pasien tetap bisa menikmati keintiman dengan pasangan.

Selain intervensi medis, dukungan emosional dan bimbingan seksologis juga menjadi bagian penting dari perawatan. Bantuan mereka dapat mencakup saran praktis dan penyesuaian personal, seperti mencari posisi yang lebih nyaman, menjadwalkan keintiman di waktu energi sedang tinggi, atau mengeksplorasi bentuk keintiman non-koital seperti sentuhan, pijatan, atau permainan erotis.

Yang terpenting, kesehatan seksual bukan pelengkap, melainkan bagian utuh dari perawatan pasien MS secara menyeluruh. Oleh karena itu, para tenaga kesehatan sebagiknya mulai membuka percakapan soal seksualitas, menormalisasi topik ini, dan memasukkannya ke dalam evaluasi rutin. 

Dengan begitu, pasien akan merasa lebih dimengerti, lebih percaya diri, dan pada akhirnya, kualitas hidup mereka pun meningkat.



KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar