30 Januari 2023
15:01 WIB
JAKARTA - Peminat bayi tabung di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di tahun 2022 lalu, data sementara menunjukkan, sebanyak 8.100 pasangan mengikuti program bayi tabung di dalam 14.000 siklus bayi tabung di Indonesia.
"Program bayi tabung menjadi salah satu pilihan bagi pasangan suami istri yang mengalami gangguan kesuburan dan ingin mempunyai keturunan. Keberhasilan bayi tabung ini juga dipengaruhi oleh faktor usia," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekaligus founder Smart IVF Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG, SubspFER, MPH seperti dikutip dari Antara, Senin (30/1).
Berdasarkan data dari Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia atau PERFITRI, total siklus program IVF di Indonesia pada 2021 sebelumnya diperkirakan mencapai 10.000 siklus lebih.
Menurutnya, masalah infertilitas atau ketidaksuburan, memang masih menjadi persoalan kehamilan yang masih tergolong tinggi di Indonesia. Hal ini diungkapkan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekaligus founder Smart IVF Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG, SubspFER, MPH.
"Di Indonesia, kejadian infertilitas sekitar 10% sampai 15% atau 4 sampai 6 juta pasangan dari 39,8 juta pasangan usia subur dan memerlukan pengobatan infertilitas untuk akhirnya bisa mendapatkan keturunan," ucap Budi saat dijumpai di RS Primaya Evasari, Rawasari, Jakarta Pusat, Senin.
Budi menjelaskan faktor-faktor ketidaksuburan sendiri dapat terjadi pada wanita maupun laki-laki. Pada wanita sendiri, masalah ketidaksuburan bisa terjadi karena faktor gangguan haid, sedangkan laki-laki bisa terjadi karena faktor gangguan sperma.
"Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan dapat berasal dari faktor istri seperti ada gangguan haid, miom, kista, sumbatan saluran telur, maupun faktor suami seperti kelainan sperma dan gangguan pengeluaran sperma," terangnya.
Kendati demikian, pasangan yang memiliki gangguan kesuburan masih memiliki harapan untuk mempunyai buah hati. Budi menjelaskan, bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) menjadi metode reproduksi buatan yang paling efektif agar pasangan usia subur yang mengalami gangguan kesuburan bisa mempunyai anak.
Melihat masih banyaknya permasalahan infertilitas di Indonesia, Primaya Hospital Group pun bekerjasama dengan Smart IVF, meluncurkan "Smart Fertility Clinic" sebagai klinik IVF untuk pasangan suami istri (pasutri) dalam memperoleh buah hati.
Direktur Utama PT Anugrah Bangsa Indonesia Ade Gustian Yuwono menjelaskan, para pasutri yang mengunjungi Smart Fertility Clinic ini akan menjalani proses mulai dari tahap pemeriksaan hormonal, hingga diagnosa. Selanjutnya, pasutri yang layak menjalani proses bayi tabung pun bisa mendapat layanan total mulai dari stimulasi hingga proses IVF.
"Semuanya ada di Smart Fertility Clinic. Untuk paket awal, tidak sampai Rp2.000.000 sudah bisa full semuanya. Mulai dari pemeriksaan lab, konsultasi, hingga USG. Kemudian kalau untuk layanan total, stimulasi, suntik sampai ke IVF sendiri, beriksar di Rp65.000.000-an," ucapnya.
Kolaborasi antara Primaya Hospital Group dengan Smart IVF dalam menghadirkan Smart Fertility Clinic ini, kata Ade, akan memberikan layanan yang lengkap didukung oleh dokter dan tim yang berpengalaman di bidangnya, layanan, fasilitas, serta teknologi yang komprehensif.
Faktor Keberhasilan
Sebelumnya, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSAB Harapan Kita Jakarta Hadi Sjarbaini menyatakan, peluang dari keberhasilan program bayi tabung ditentukan oleh sejumlah faktor dimana salah satunya adalah tuanya usia ibu.
“Kalau semakin lanjut usia (ibu) itu, tentunya angka keberhasilan atau angka kehamilannya juga akan turun,” kata Hadi dalam Siaran Sehat “Mengenal Program Bayi Tabung” beberapa waktu lalu.
Hadi membeberkan, dikarenakan bayi tabung merupakan sebuah program dengan pembuahan yang dilakukan di luar tubuh, maka persentase keberhasilanya akan mengikuti usia dan kondisi kesehatan ibu.
Persentase keberhasilan bayi tabung di Indonesia sendiri berkisar 25% hingga 34% secara umum. Namun, bagi ibu yang masih berusia sekitar 30 tahun angka keberhasilannya akan jauh lebih besar atau bisa menyentuh 40%, sementara bagi ibu dengan usia antara 30-35 tahun akan turun menjadi sekitar 30 hingga 20% saja.
“Jadi semakin lanjut usianya angka keberhasilannya akan semakin turun, kalau di atas usia 40 mungkin (persentase keberhasilannya hanya) belasan persen,” katanya.
Menurut Hadi, semakin menurunnya persentase disebabkan oleh adanya risiko-risiko penyakit yang mungkin telah mengenai ibu seiring dengan usianya. Biasanya semakin tua usia ibu, maka ada penyakit penyerta, seperti darah tinggi, tinggi gula atau masalah ginjal dan penyakit metabolik lain.
Di samping itu, tingkat kesuburan ibu juga akan semakin menurun setelah menginjak usia di atas 35 tahun. Padahal sangat penting untuk menghasilkan sel-sel telur yang akan digunakan dalam pembuahan.
Ia menyarankan bagi pasangan yang ingin mengikuti program tersebut, untuk segera melakukan konsultasi pada ahli terkait agar kesehatan kedua belah pihak berada dalam pengawasan tenaga medis.
“Sebaiknya jangan menunggu. Begitu satu atau dua tahun tidak hamil-hamil, kalau bisa tiga bulan atau enam bulan itu tidak hamil juga segera memeriksakan ke klinik,” imbuhnya.
Oh, iya, Hadi menekankan program bayi tabung di Indonesia hingga kini, masih hanya diperuntukkan bagi pasangan suami istri yang sudah resmi secara hukum. Sedangkan untuk perempuan ataupun laki-laki yang ingin menjadi pendonor bibit untuk ditanamkan pada orang lain, masih tidak diperbolehkan sesuai dengan aturan dalam undang-undang yang berlaku.
“Harus pasangan suami istri yang sah, jadi di Indonesia ini kita tidak diperbolehkan untuk donor sperma atau donor sel telur. Itu tidak boleh,” tandasnya.