21 Oktober 2023
14:49 WIB
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Indonesia memiliki sejumlah peninggalan sejarah dan budaya yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Salah satunya adalah Tambang Batu Bara Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat, yang ditetapkan UNESCO pada tahun 2019.
Tambang Batu Bara Ombilin merupakan jejak sejarah penting di Sumatra Barat. Terintegrasi dengan jalur kereta api yang dibangun kolonial dari pedalaman hutan Sumatra sampai ke pelabuhan Teluk Bayur, situs ini menjadi penanda berkembangnya aktivitas perdagangan dan ekonomi, berikut kebudayaan di sekitar pada masa silam.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti mengatakan, peninggalan itu perlu dilestarikan dan juga diaktivasi agar juga memajukan bagi masyarakat hari ini. Karena itu, perlu upaya optimalisasi atau pemanfaatan.
Pemerintah mulai tahun ini akan menata warisan dan mengaktivasi warisan dunia tersebut, lewat serangkaian program yang akan dijalankan.
“Kita memiliki kewajiban kepada dunia, dalam hal ini UNESCO, untuk menjaga keberlanjutan situs tambang batu bara Ombilin, baik secara bendanya maupun nilai-nilai penting dalam kehidupan masyarakat Minang. Ketika diminta menjamin keberlanjutan, tanggung jawab ini bukan hanya untuk Indonesia, namun untuk konteks dunia,” tutur Irini saat acara dialog warisan budaya di Padang kemarin, dikutip dari siaran pers Jumat (20/10).
Irini menjelaskan, Tambang batu bara Ombilin merupakan wujud nyata dari suatu warisan budaya di Sumatera Barat. Namun tak hanya itu, ada nilai penting lain dalam kehidupan masyarakat Minang yang juga harus dijaga kelestariannya.
Nilai penting pada warisan itu meliputi kearifan lokal, tata nilai bermasyarakat, kebersamaan, dan saling menghargai. Dalam hal ini, upaya menjaga kelestarian situs dan nilai-nilai dalam masyarakat harus terus berjalan beriringan.
“Tambang batu bara Ombilin sebagai salah satu sumber energi tidak terbarukan, jika terus digunakan, pada akhirnya akan habis. Namun tidak dengan nilai-nilai dalam masyarakat kita. Ketika kita bicara dalam konteks kebudayaan, semakin banyak digali, semakin banyak dipedulikan, justru akan semakin kaya dan hidup,” jelas Irini.
Dialog warisan budaya yang digelar di Kota Padang menjadi rangkaian menuju peluncuran “Gelanggang Arang: Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia”. Program ini diinisiasi bersama para pelaku budaya di Sumatra Barat untuk mengaktivasi Tambang Batu Bara Ombilin dengan berbagai kegiatan.
Menambahkan, Ketua Kurator Galanggang Arang, Edy Utama mengatakan, keberadaan Tambang Batu Bara Ombilin menjadi sumber perubahan yang bersifat sinergis bagi Minangkabau dalam memasuki modernisasi dan globalisasi budaya. Meski demikian, katanya, kemampuan dan mekanisme masyarakat Minang tersebut masih harus dibuktikan efektivitasnya dalam menghadapi situasi kultural di masa mendatang.
Dan waktu akan menjawab, akankah masyarakat Minang hari ini tetap sedinamis dulu, atau justru akan gagap berhadapan dengan perubahan zaman? Menurut Edy, ada banyak aspek bisa digali dan dipelajari dari setiap warisan kebudayaan.
“Warisan tambang batu bara dengan segala propertinya merupakan bagian penting dari warisan budaya Minangkabau. Warisan budaya yang patut dirawat dan dikembangkan, karena di dalamnya ada kearifan, pengetahuan, dan berbagai praktik budaya yang dapat menjadi objek pemajuan kebudayaan, serta menjadi modal sosial anak nagari Minangkabau menggapai kehidupan yang lebih baik,” ucapnya.
Galanggang Arang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek untuk menggerakkan ekosistem kebudayaan di kawasan situs. Rangkaian kegiatan ini akan berlangsung pada bulan Oktober s.d Desember 2023 di tujuh kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Nantinya kegiatan ini akan menjaring partisipasi para pemangku kepentingan untuk mendorong kebermanfaatan dan mengembangkan potensi dari warisan budaya dunia tersebut sesuai dengan perkembangan di masyarakat hari ini.