06 Februari 2023
16:41 WIB
Penulis: Mahareta Iqbal
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Singkawang, kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Pada 2022 lalu, kota ini mendapatkan gelar sebagai Kota Paling Toleran di Indonesia versi Setara Institute. Kota yang dalam bahasa Hakka disebut San Khew Jong ini, memiliki corak multietnis dan multiagama yang terdiri dari tiga suku besar; Tionghoa, Dayak dan Melayu.
Oleh karena tiga suku besar itulah, maka Singkawang juga disebut sebagai bumi Tidayu (Tionghoa, Dayak, Melayu). Etnis Tionghoa yang mendominasi di kota Singkawang, membuat kota ini juga disebut sebagai kota Amoi atau Hongkong-nya Indonesia.
Dilansir dari berbagai sumber, dominasi etnis Tionghoa membuat Singkawang memiliki ciri khas tersendiri, termasuk bangunannya. Salah satu bangunan yang menjadi cagar budaya di Singkawang adalah rumah peninggalan marga Tjhia, yang sampai saat ini masih ditempati oleh keturunannya.
Bangunan yang dibangun pada tahun 1901-1902 tersebut ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota Singkawang sejak tahun 1999, dan disebut sebagai Kawasan Tradisional Rumah Keluarga Tjhia.
Lokasinya berada di kawasan Pasar Hongkong atau lebih tepatnya berada di belakang ruko-ruko di Jalan Budi Utomo, terletak di pinggir Sungai Singkawang.
Lokasi tersebut sangat strategis dan mudah untuk dikunjungi, karena berada tidak jauh dari vihara tertua di Kota Singkawang, Vihara Tri Dharma Bumi Raya yang legendaris.
Kawasan rumah yang memiliki luas 5 ribu meter persegi yang dibangun di atas tanah hibah pada masa pemerintahan Belanda ini memiliki dua ruangan besar. Penuh dengan ornamen, ukiran dan juga kaligrafi berwarna emas di setiap bagian atas pintunya.
Bangunan ini mengadopsi arsitektur etnis Tiongkok Siheyuan (salah satu jenis bangunan khas Tiongkok Utara) berbentuk huruf U, dengan pondasi sebagian besar terbuat dari kayu besi (belian).
Gerbang megah berwarna merah bertuliskan “Kawasan Tradisional” seolah menyambut kedatangan para wisatawan. Komplek Cagar Budaya Rumah Keluarga Thjia terdiri dari beberapa rumah bertingkat. Hal ini menandakan bahwa tidak hanya satu keluarga yang tinggal di sini.
Di bagian tengah kompleks rumah ini terdapat sebuah ruangan khusus untuk berdoa, seperti altar lengkap dengan meja, patung, beberapa lilin besar, dupa, serta pernak-pernik keagamaan lainnya.
Cagar Budaya Keluarga Tjhia merupakan rumah yang didiami oleh keluarga Tionghoa keturunan langsung marga Xie Shou Shi (Tjhia Siu Si). Rumah ini merupakan salah satu bukti sejarah dari perjuangan leluhur masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa selama 119 tahun dalam membangun perekonomian dan kehidupan sosial Indonesia, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka.
Awalnya, bangunan ini berfungsi sebagai rumah sekaligus kantor dagang bernama Chia Hiap Seng. Dulunya, di depan bangunan ini ada terdapat sebuah pelabuhan kapal dagang yang melewati Sungai Kuala dan tembus langsung ke lautan yang dijadikan sebagai jalur perdagangan ke Malaysia dan Singapura.
Sekarang, kawasan ini dipakai untuk tempat tinggal keturunan Tjhia Siu Xi generasi keempat sampai ketujuh. Bangunan tradisional ini oleh masyarakat Tionghoa Singkawang lebih dikenal dengan sebutan “Thai Buk” yang artinya rumah besar.
Rumah Keluarga Thjia selain masih berfungsi sebagai rumah tinggal bagi keturunan marga Tjhia, juga merupakan salah satu destinasi wisata sejarah dan kuliner di Kota Singkawang. Di lokasi ini, wisatawan dapat menikmati suguhan kuliner berupa makanan tradisional Tionghoa khususnya dan Singkawang umumnya.
Wisatawan yang berwisata ke rumah Marga Tjhia tidak dipungut biaya alias gratis. Tempat ini sering juga dijadikan sebagai ruang pertemuan, peluncuran buku hingga lokasi untuk foto pre-wedding dengan memberikan sumbangan seikhlasnya.
Pernah juga dijadikan sebagai lokasi syuting film layar lebar, sehingga membuat kawasan ini kian masyur di mata wisatawan.
Cagar Budaya Rumah Keluarga Thjia adalah lokasi yang menyimpan banyak sekali cerita dari masa kedatangan orang Tiongkok ke negeri, ini hingga mereka berkembang dan terus berupaya mempertahankan budaya dan tradisi dari leluhur mereka.