28 Oktober 2023
10:19 WIB
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA – Laut mati (dead sea), selama ini lekat dengan kawasan perairan yang berada di wilayah antara Israel, Palestina, dan Yordania. Tapi tak banyak yang tahu, jika ternyata ‘laut mati’ juga ada di Indonesia, lebih tepatnya di laut Pantai Tureloto, Desa Balefadorotuho, Kabupaten Nias Utara, Sumatra Utara.
Istilah laut mati dikenal lantaran karakteristik larutan garam tinggi yang membuat tempat tersebut hampir tidak memiliki kehidupan di ekosistem perairannya.
Selain itu, kandungan garam tinggi yakni sekitar 340 gram per kilogram air dan bercampur dengan mineral lainnya, membuat air di laut mati lebih padat dibandingkan air pada umumnya. Karena itu, ketika ada orang yang berenang di laut mati tubuh mereka akan tetap mengapung dan tak bisa benar-benar menyelam atau berenang.
Apakah karakteristik laut mati yang ada di Pantai Tureloto juga sama seperti yang ada di Israel dan Palestina?
Berbeda dengan Laut Mati Asli
Meski tidak 100% mirip dan kandungan garamnya tidak sebanyak laut mati sungguhan, kandungan garam pada air laut di Pantai Tureloto cukup untuk membuat wisatawan yang berenang di bibir pantai dapat merasakan sensasi mengapung saat merebahkan diri di permukaan airnya.
Karena itu pula, jangan heran jika di Pantai Tureloto airnya akan nampak tenang tanpa ombak yang tinggi atau membahayakan. Kondisi tersebut menarik, karena nyatanya pantai Tureloto sendiri berdekatan dengan Samudra Hindia yang dikenal memiliki ombak sangat besar.
Selain itu meski di laut mati asli tidak ada kehidupan termasuk terumbu karang, hal berbeda juga ditemukan pada laut Pantai Tureloto di mana pada sepanjang garis pantai serta bagian bawah lautnya terdapat gugusan terumbu karang yang menyerupai benteng.
Bukan tanpa alasan, menurut keterangan warga setempat terumbu karang tersebut nyatanya muncul akibat gempa besar dan tsunami yang pernah melanda pesisir Sumatera pada tahun 2005 silam. Benteng terumbu karang ini pula yang nyatanya menghalau gelombang ombak dari Samudra Hindia sehingga tidak sampai ke bibir Pantai Tureloto.
Karena penyesuaian itu pula, sejumlah biota berupa ikan-ikan kecil tetap nampak hidup di ekosistem terumbu karang yang ada. Jadi bisa disimpulkan bahwa meskipun kandungan garam dan karakter air di Pantai Tureloto sama seperti laut mati sungguhan, namun perbedaan diperoleh dari segi kehidupan yang tidak dimiliki laut mati di Yordania.
Jika membahas mengenai aktivitas sekitar pantai yang bisa dilakukan, biasanya wisatawan atau masyarakat setempat banyak yang menghabiskan waktu sore hari menunggu matahari tenggelam dengan bermain voli, bola kaki, atau bersepeda menyusuri garis pantai.
Selain itu, di sekitar pantai juga terdapat jajaran warung makan yang menyuguhkan santapan kuliner khas seperti ikan bakar Nias, hambae nititi atau olahan kepiting dengan kelapa, dan masih banyak lagi.