21 November 2024
20:08 WIB
Pakai Motor Listrik Diklaim Bisa Hemat Hampir Rp1 Juta Perbulan
Menurut riset, pengguna kendaraan roda dua di Indonesia, menempuh jarak yang cukup jauh tiap harinya, karena jarak yang juga jauh antara kantor dan rumah. Bahan bakar pun jadi isu yang krusial
Ilustrasi. Pengunjung menjajal mengendarai motor listrik dalam uji coba dalam acara Indonesia International Motor Show (I IMS) 2023 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Senin (20/2/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni
JAKARTA - CEO MAKA Motors, Raditya Wibowo mengklaim, pengguna kendaraan roda dua elektrik dapat menghemat pengeluaran hingga Rp11 juta dalam satu tahunnya atau hampir Rp 1 Juta perbulan, dibandingkan dengan penggunaan kendaraan roda dua konvensional.
“Kalau pakai motor bensin 125 cc, dalam sebulan harus merogoh kocek Rp1.123.000. Artinya jika motor listrik dibandingkan dengan motor bensin 125 cc, maka bisa menghemat sekitar Rp979.000 dalam sebulan atau Rp11.748.000 dalam setahun,” kata Raditya Wibowo melalui keterangan yang diterima, Kamis (21/11).
Menurut dia, pengguna kendaraan roda dua di Indonesia, memiliki jarak tempuh yang cukup jauh dalam satu harinya. Apalagi, menurut penelitian internal yang dilakukan, banyak pekerja di Jakarta yang tidak menetap di kota tersebut.
Sehingga, para pekerja yang berada di luar Jakarta itu harus menempuh jarak yang cukup jauh hampir setiap harinya. Dengan begitu, ongkos untuk mengisi bahan bakar juga menjadi isu krusial bagi mereka.
“Kalau pakai motor bensin, katakanlah 110 cc yang paling irit, sebulan bisa menghabiskan Rp765.000 untuk biaya operasionalnya. Sedangkan kalau pakai motor listrik, dengan jarak yang sama cuma menghabiskan Rp144.000. Jauh banget, kan, bedanya,” ujarnya.
Tidak hanya terkait biaya konsumsi bahan bakar saja, biaya lainnya yang juga harus dikeluarkan oleh pengguna kendaraan konvensional adalah, perbaikan bulanan yang memakan biaya tidak sedikit.
Pengeluaran rutin yang juga harus dikeluarkan oleh para pengguna kendaraan konvensional adalah pajak tahunan yang tidak murah. Hal tersebut sangat berbanding terbalik, dengan masyarakat yang sudah beralih ke kendaraan elektrik.
“Kalau pakai motor listrik bisa hemat uang karena harga listrik jauh lebih murah dibanding harga bensin. Maintenance-nya juga murah karena nggak perlu ganti oli terus-terusan. Belum lagi pemerintah tahun depan juga melanjutkan program subsidi Rp7 juta dan potongan pajak kendaraan,” bebernya.
Penerimaan Konsumen
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Johannes Loman menyebut, industri sepeda motor listrik menghadapi tantangan dalam penerimaan konsumen.
"Pada prinsipnya kami terus mendukung untuk pertumbuhan motor listrik. Tapi memang di dalam industrinya, di dalam penerimaan dari konsumennya itu ternyata masih belum terlalu cepat seperti di roda empat," ujar Johannes beberapa waktu lalu.
Johannes mengatakan, meski perkembangan sepeda motor listrik cukup pesat, angka penjualannya hingga kini masih belum signifikan. Dia menilai, sejumlah faktor seperti keterbatasan jarak tempuh, waktu pengisian daya yang cukup lama, serta harga yang masih tinggi, menjadi penghambat bagi perkembangan sepeda motor listrik di tanah air.
Sedangkan, konsumen memerlukan keyakinan, sepeda motor listrik dapat memenuhi kebutuhan mereka secara optimal, terutama dalam hal kecepatan dan jangkauan.
"Jadi saya kira akan tumbuh, tapi perlu waktu karena nomor satu memang penerimaan dari konsumen itu yang penting," kata Johannes.
Namun demikian, dia optimistis, dengan adanya peningkatan teknologi dan kenyamanan bagi konsumen, sepeda motor listrik akan tumbuh lebih cepat di masa mendatang. Lebih lanjut dia menyampaikan, saat ini AISI belum memiliki anggota dari kalangan produsen sepeda motor listrik dari merek-merek asal China.
Meski begitu, beberapa anggota AISI sudah mulai memasarkan produk sepeda motor listrik untuk mendukung perkembangan teknologi ini di Indonesia. Hingga saat ini, jumlah model motor listrik yang mendapat subsidi senilai Rp7 juta telah bertambah menjadi 57 jenis. Model termurah adalah Greentech Unity yang harganya menjadi Rp5,3 juta setelah mendapat subsidi.