12 September 2024
17:52 WIB
Pahami Beberapa Tips Sebelum Terjun Ikut Lari Maraton
Berbeda pada balap lari lainnya, lari maraton menguji daya tahan seseorang sehingga membutuhkan persiapan yang cukup matang.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Rendi Widodo
Peserta berlari saat mengikuti BTN Jakarta International Marathon 2024 di kawasan Monas, Jakarta, Minggu. Antara Foto/Rivan Awal Lingga
JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, olahraga lari merupakan salah satu olahraga yang terus meningkat peminatnya di Tanah Air. Itu karena olahraga yang satu ini tidak membutuhkan perlengkapan khusus, selain sepatu yang nyaman dikenakan saat berlari.
Lari maraton juga menjadi salah satu jenis lari yang belakangan lumayan diminati oleh orang Indonesia. Maraton sendiri adalah balap lari jarak jauh hingga sekitar 42,195 km. Berbeda pada balap lari lainnya, lari maraton menguji daya tahan seseorang sehingga membutuhkan persiapan yang cukup matang.
Head Coach ASICS Running Club Andriyanto mengatakan sebelum terjun ke maraton, ada baiknya seseorang memiliki pengalaman yang cukup dalam lari. Paling sedikit seseorang sudah latihan lari selama satu tahun karena lari merupakan olahraga yang high impact.
"Jadi harus dilakukan serba hati-hati karena lari maraton ini kan high impact, karena tubuh membenturkan ke permukaan. Jadi satu kali benturan ini bisa menahan tiga sampai lima kali bobot badan sehingga harus latihan, tidak bisa tiba-tiba (maraton)," kata Andriyanto saat ditemui di konferensi pers ASICS beberapa waktu lalu.
Untuk menu latihannya sendiri setiap orang berbeda-beda sehingga tidak bisa disamaratakan. Namun umumnya untuk latihan maraton adalah latihan lari dan latihan penguatan. Alasannya karena maraton merupakan balap lari yang menguras fisik dan mental sehingga latihan penguatan diperlukan agar pelari bisa mencapai garis finis.
"Iringi juga dengan istirahat yang cukup. Kalau latihan lari panjang tetapi tidur kurang itu berbahaya karena bisa meningkatkan risiko cedera. Jadi setiap ada peningkatan aktivitas fisik, lengkapi juga dengan istirahat yang cukup," Andriyanto menambahkan.
Apalagi mengingat cedera yang diakibatkan dari lari membutuhkan waktu pemulihan yang cukup lama, mencapai tiga sampai enam bulan tergantung dari derajat keparahan cedera. Tidak ketinggalan, lakukan juga latihan fleksibilitas untuk mencegah terjadinya cedera fisik pada pelari.
Latihan fleksibilitas bisa membantu mencegah nyeri kram dan tegang, memperbaiki postur tubuh pelari untuk melatih keseimbangan, memperkuat daya sokong tubuh, sampai memberikan dampak positif bagi mental berkat peregangan otot yang dilakukan karena bisa menenangkan tubuh dan pikiran seseorang.
Dengan begitu, pelari pun diharapkan bisa menyelesaikan maraton dan mencapai garis finis sesuai dengan target.