c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

20 Agustus 2025

09:34 WIB

Organic Rhythm Satukan Kepekaan Kehidupan Alam Dan Spiritual Dua Seniman

Organic Rhythm, pameran yang menyatukan dua seniman dari latar geografis berbeda, namun memiliki kepekaan atas kehidupan alam dan spiritual.

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Organic Rhythm Satukan Kepekaan Kehidupan Alam Dan Spiritual Dua Seniman<br id="isPasted"><br></p>
<p>Organic Rhythm Satukan Kepekaan Kehidupan Alam Dan Spiritual Dua Seniman<br id="isPasted"><br></p>

Popo Mangun dan Low Moromi dipameran Organic Rhytm yang berlangsung di LQID Creative Space, Jakarta Pusat. Foto: LQID Creative Space

JAKARTA - Kehidupan alam di manapun, hampir selalu bisa menjadi inspirasi para seniman dalam menciptakan sebuah karya seni yang bernilai. Terlebih di Indonesia, yang memiliki bentang alam dan kehidupan didalamnya yang beragam.

Keragaman kehidupan alam di Indonesia itu jugalah yang menjadi inspirasi seniman visual asal Jakarta, Popo Mangun, dalam menciptakan deretan karya terbarunya yang ditampilkan di pameran bertajuk "Organic Rhythm" atau yang dalam bahasa Indonesia "Dentuman Alam".

Dalam pameran tersebut, Popo Mangun menggandeng seniman asal Jepang, Low Moromi, dan Gie Sanjaya sebagai Kurator. Menurut Gie Sanjaya, Organic Rhythm menjadi sebuah pameran yang mempertemukan dua seniman dari latar geografis yang berbeda, namun disatukan oleh kepekaan terhadap denyut kehidupan alam dan spiritual.

Pameran ini juga bukan hanya sekadar pertemuan gaya, melainkan dialog antara lanskap batin dan memori leluhur, antara tubuh dan bumi, serta antara keheningan dan ritme, dalam total 21 karya visual yang ditampilkan. Termasuk satu karya yang dikerjakan secara kolaboratif oleh Popo Mangun dan Low Moromi.

Popo Mangun dalam karyanya yang ditampilkan di Organic Rhythm ini, mencoba menghadirkan energi mentah tropis dengan mitos, simbol, dan geometri sakral Nusantara. Melalui fragmen tenun, ukiran, hingga guratan menyerupai bahasa purba yang muncul bukan sebagai ornamen, tetapi sebagai mantra visual yang lahir dari tubuh, ritual, dan pengalaman.

Sementara karya Low Moromi terinspirasi oleh konsep Yu-un, lanskap mental yang meminjam bentuk awan sebagai simbol waktu, ruang, dan rasa. Estetika Jepang yang ia hadirkan bukan hanya visual, tetapi juga psikis dan spiritual. Upaya menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan dan kekuatan dalam keheningan.

Meski berasal dari konteks budaya yang berbeda, karya keduanya berdenyut dalam ritme yang sama, yakni ritme alam, waktu, dan jiwa. Tidak ada dominasi ruang, melainkan ruang yang dibiarkan bernapas.  Sebuah perjalanan bersama antara bentuk dan makna, antara visual dan spiritual.

Pameran ini berlangsung dari 17 Agustus 2025 hingga 5 Oktober mendatang di LQID Creative Space, sebuah ruang seni publik portabel pertama di Indonesia, yang baru saja dibuka di kawasan premium Sudirman 7.8, Jakarta Pusat.

LQID Creative Space
Mengusung konsep “The First Portable Urban Art Gallery in Indonesia”,  LQID Creative Space dirancang sebagai third place yang memadukan seni, desain, musik, dan interaksi sosial, sekaligus mengaktifkan ruang publik kota.

Berbasis ergapods atau struktur prefab multifungsi, LQID menghadirkan mini galeri seni dengan pameran bergilir setiap tiga minggu. Di mana Organic Rhytm menjadi pameran pertama yang menandai dibukanya ruang seni ini.

Selain itu di LQID  juga terdapat toko konsinyasi berisi karya kreatif terkurasi dari Indonesia dan Jepang, serta area speakeasy yang menyajikan craft beer dan alkohol lokal. Program lain termasuk musik SenyuMusik untuk talenta baru lintas genre, dan The Artisan Hourworkshop kreatif berdurasi 1,5–2 jam.

"LQID Creative Space adalah perwujudan ruang kreatif yang terbuka, fleksibel, dan relevan dengan gaya hidup urban. Kami ingin menghapus jarak antara seni dan publik, menghadirkannya langsung di ruang-ruang sehari-hari," kata CEO LQID Creative Space, Wilbert J. Deil, dalam konferensi pers yang berlangsung, Selasa (19/8).

Selain konsep yang dihadirkan, LQID Creative Space memiliki keunggulan pada lokasinya yang strategis, terhubung langsung ke MRT Setiabudi Astra dan BRT Karet Sudirman. Dengan keunggulan lokasinya, LQID mengaktifkan kawasan pejalan kaki melalui Art Trail (jalur seni dari stasiun MRT menuju galeri) serta Mural Fence Project yang mengubah pagar dan fasad menjadi instalasi mural kolaboratif.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar