c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

14 Mei 2025

11:56 WIB

Orang Tua Punya Peran Kunci Dalam Menumbuhkan Soft Skill Anak

Orang tua adalah pendidik pertama bagi anak. Soft skill tidak bisa ditumbuhkan hanya dari sekolah. Justru, di rumah, semua bermula.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p id="isPasted">Orang Tua Punya Peran Kunci Dalam Menumbuhkan <em>Soft Skill&nbsp;</em>Anak</p>
<p id="isPasted">Orang Tua Punya Peran Kunci Dalam Menumbuhkan <em>Soft Skill&nbsp;</em>Anak</p>

Ilustrasi Anak bermain dengan kedua orang tuanya. Shutterstock/Art_Photo

JAKARTA - Di tengah dunia yang makin kompleks dan kompetitif, kemampuan akademik saja tak cukup untuk membekali anak menghadapi masa depan. Soft skill, seperti komunikasi, kerja sama, empati, dan kemampuan memecahkan masalah justru menjadi bekal utama yang tak kalah penting.

Sayangnya, aspek ini masih kerap terabaikan dalam sistem pendidikan formal. Di sinilah peran orang tua menjadi sangat krusial.

Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, menegaskan bahwa peran keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama tidak boleh diremehkan.

“Orang tua adalah pendidik pertama bagi anak. Soft skill tidak bisa ditumbuhkan hanya dari sekolah. Justru dari rumah, anak belajar banyak hal yang membentuk karakter dan kecakapan hidup mereka,” ujar Ubaid kepada Validnews baru-baru ini.

Ia menilai bahwa sistem pendidikan nasional saat ini masih terlalu fokus pada pencapaian akademik. Anak-anak dibebani dengan target nilai, ujian, dan ranking, sedangkan aspek emosional dan sosial sering terpinggirkan.

Padahal, kata dia, kecakapan seperti kemampuan beradaptasi, berpikir kritis, dan membangun relasi sehat menjadi bekal penting di era digital dan perubahan cepat seperti sekarang. Dari sudut pandang psikologi anak, strategi efektif dalam menumbuhkan soft skill bukan sekadar memberikan arahan, tetapi menciptakan lingkungan yang aman, suportif, dan penuh kasih sayang.

Orang tua dianjurkan untuk memberi kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi dan mencoba berbagai hal sesuai minatnya, tanpa takut dihakimi atau dibandingkan.

“Fokuslah pada proses, bukan hasil akhirnya,” tegasnya.

Pujian dan pengakuan atas usaha dan kemajuan anak sekecil apa pun jauh lebih bermakna daripada sekadar mengincar nilai tinggi. Di sisi lain, tekanan berlebihan atau kebiasaan membandingkan anak dengan orang lain justru bisa merusak rasa percaya dirinya.

Untuk itu, penting bagi orang tua membangun komunikasi yang terbuka dan dua arah dengan anak. Mendengarkan pendapat mereka, berdiskusi tanpa menghakimi, dan menjadikan pengembangan soft skill sebagai pengalaman yang menyenangkan adalah kunci membentuk karakter positif.

Ubaid juga mengingatkan bahwa kolaborasi antara keluarga dan sekolah harus diperkuat.

"Pendidikan karakter dan soft skill harus menjadi tanggung jawab bersama. Jika hanya dibebankan ke sekolah, hasilnya tidak akan maksimal. Orang tua harus aktif terlibat,” jelasnya.

Dengan pendekatan yang lebih humanis dan empatik, anak-anak dapat tumbuh cerdas secara intelektual dan matang secara emosional, sehingga siap menghadapi tantangan hidup dengan lebih percaya diri.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar