c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

22 Oktober 2025

08:49 WIB

Olahraga Angkat Beban Pada Remaja, Apakah Tepat?

Sebelum fase pubertas, kadar hormon testosteron anak remaja relatif masih rendah sehingga belum membutuhkan olahraga angkat beban. Malah, ada risiko jika olahraga itu dipaksakan pada tubuh mereka.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p>Olahraga Angkat Beban Pada Remaja, Apakah Tepat?</p>
<p>Olahraga Angkat Beban Pada Remaja, Apakah Tepat?</p>

Ilustasti seorang remaja laki-laki sedang melakukan latihan angkat bebanFreepik/jcomp.

JAKARTA - Sebagian orang tua mungkin menganggap olahraga angkat beban baik untuk pembentukan massa otot dan postur tubuh anak. Namun olahraga berat seperti angkat beban sejatinya tak tepat bagi anak remaja.

Dokter spesialis anak konsultan endokrinologi dr. Frida Soesanti, SpA, Subs Endo(K), PhD mengemukakan, olahraga angkat beban pada anak baiknya dilakukan setelah selesai masa pubertas. Menurut dia, latihan angkat beban belum cocok dengan kebutuhan tubuh anak remaja karena otot dan tulangnya masih dalam masa pertumbuhan.

"Kalau anak-anak belum waktunya angkat beban, enggak ada otot yang mau dibentuk. Angkat beban itu biasanya kita akan perbolehkan setelah dia selesai pubertas, which is semuanya udah selesai artinya ada pertumbuhan tulangnya yang sudah selesai," ungkap Frida dalam diskusi kesehatan daring di Jakarta, dilansir dari Antara, Selasa (22/10).

Dokter yang tergabung dalam anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu melanjutkan, hormon testosteron pada anak-anak dan remaja yang belum pubertas belum cukup tinggi, sehingga latihan angkat beban belum efektif bagi mereka untuk membentuk otot.

Selain belum efektif membentuk otot, lanjut Frida, olahraga latihan angkat beban itu juga dikhawatirkan berisiko menimbulkan cedera pada bagian tulang yang disebut lempeng epifisis. Lempeng iniberfungsi mendukung pertumbuhan tulang pada anak. Jika bagian ini rusak, maka akan  mengganggu pertumbuhan tulang dan memengaruhi tinggi badan anak.

"Untuk angkat beban kita tidak menganjurkan untuk anak-anak yang masih sedang bertumbuh, bertambah tinggi. Kalau masih anak-anak 11-12 tahun laki-laki belum ada banyak testosteronnya, apa yang mau dibentuk (otot). Berisiko mencederai lempeng pertumbuhan, anak bisa tumbuh kalau lempeng pertumbuhannya masih terbuka," ujar Frida.

Baca juga: Mengapa Perawakan Remaja Zaman Dulu Terlihat Lebih Tua

Frida yang bertugas sebagai Kepala Divisi Endrokrinologi Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta menjelaskan bahwa aktivitas fisik seperti olahraga memang diperlukan sebagai tekanan mekanik (mechanical force). Aktivitas itu akan membantu untuk meningkatkan kekuatan tulang.

Menurut dia, pada anak-anak maupun remaja, olahraga yang dianjurkan adalah yang bisa memberikan beban yang berulang repetitif terhadap tulang dan otot. Misalnya, olahraga lari yang memberikan beban dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kemudian, olahraga tenis yang memberi beban di tangan serta kaki saat berlari.

"Olahraga dengan gym yang untuk beban gitu, latihan beban, bukan itu yang kita minta, tapi adalah ada beban yang berulang repetitif, yang kaya tennis, lari, nge-dance, itu salah satu yang akan membantu untuk meningkatkan kekuatan tulang," jelasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar