14 Agustus 2021
15:12 WIB
Penulis: Dwi Herlambang
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Bagi masyarakat Papua, Noken bukan sekedar tas yang bisa membawa barang, tapi menyimpan beragam makna. Bagi perempuan Papua, noken dianggap sebagai tanda kedewasaan dalam menjalani hidup.
Mengutip laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Noken Papua juga memiliki makna sebagai nilai warisan dari nenek moyang yang sudah dijalankan secara turun menurun. Jauh dari itu, Noken memiliki arti kehidupan yang lebih baik, perdamaian, kesuburuan, demokrasi, berbagi, dan kebenaran.
Yang menjadi unik, Noken hanya boleh dibuat oleh perempuan Papua asli. Biasanya, para mama akan mengajarkan anak-anak perempuannya membuat Noken, sampai mereka mampu membuatnya sendiri. Pada awalnya, perempuan Papua yang tidak bisa membuat Noken tidak boleh menikah, sampai ia benar-benar bisa membuat Noken dengan tangannya sendiri. Namun seiring berjalannya waktu, peraturan adat itu mulai terkikis dan ditinggalkan.
Baca juga: Tengkorak Orang Papua Dijual di Belanda
Untuk merajut Noken, perempuan Papua biasa menggunakan bahan baku serat pohon Manduam dan pohon Nawa atau yang biasa dikenal sebagai anggrek hutan. Kedua bahan tersebut tumbuh secara alami di hutan-hutan Papua. Untuk mencarinya, masyarakat Papua memiliki tradisi untuk berjalan kaki ke hutan dan menguliti langsung kedua pohon tersebut.
Meskipun kini sudah zaman modern, masyarakat Papua tetap mempertahankan tradisi di atas, karena menjaga warisan leluhur yang tidak boleh dihilangkan.
Dari segi kebermanfaatannya, Noken Papua memiliki fungsi sama dengan tas pada umumnya. Tas ini juga digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari dan hasil pertanian, seperti sayur-sayuran, umbi-umbian, dan beberapa barang lainnya untuk dijual di pasar. Untuk noken berukuran besar disebut Yatoo, ukuran sedang Gapagoo, dan ukuran kecil Mitutee.
Baca juga: Perajin Noken Butuh Perhatian Jelang PON
Namun berbeda dengan penggunaan tas yang biasanya disangkutkan di bahu atau pundak, Noken digunakan dengan cara disangkutkan di depan kening. Tidak ada alasan khusus kenapa harus ditaruh dikening, semuanya terjadi secara alami dan menjadi kebiasaan sejak zaman dahulu kala.
Bisa dibilang proses pembuatan Noken cukup rumit dan memakan waktu hingga dua minggu. Serat kayu yang sudah didapatkan harus diolah dengan cara dikeringkan dan dipintal secara manual agar bisa menjadi benang. Sementara untuk proses pewarnaan semuanya harus menggunakan bahan alami dan tidak boleh menggunakan bahan campuran kimia.
Karena memiliki nilai filosofis yang mendalam Noken sudah diakui sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO dI Paris, Prancis, pada 4 Desember 2012. Noken digolongkan dalam kategori 'in Need of Urgent Safeguarding' atau warisan budaya yang membutuhkan perlindungan mendesak.