13 Juni 2022
11:08 WIB
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Film “Ngeri-Ngeri Sedap” persembahan rumah produksi Imajinari sukses memikat para penonton bioskop-bioskop Indonesia.
Pada hari ke-11 penayangannya, film ini mencatat angka 1 juta penonton, merujuk pengumuman Imajinari di akun sosial media resminya Minggu (12/6) malam.
Pencapaian “Ngeri-Ngeri Sedap” termasuk luar biasa mengingat hingga kini tak banyak film-film Indonesia menembus angka 1 juta penonton selama penayangannya di bioskop.
Film ini pun berpotensi terus menguat karena masih akan tayang selama beberapa waktu ke depan.
Film besutan Sutradara-Komika, Bene Dion Rajagukguk, ini agaknya mendapat perhatian luas karena menampilkan drama-komedi yang hangat dan menarik bagi penonton Indonesia secara umum.
Mengangkat sisi terdalam dari sebuah keluarga batak, sesuatu yang selama ini tak banyak muncul ke permukaan.
Film ini menyajikan cerita yang kuat, membenturkan adat dengan kepentingan keluarga.
Pak Domu (Arswendy Beningswara) yang begitu menjunjung tinggi dan ingin setia kepada adat Batak, harus berhadapan dengan dilema mendalam ketika kesetiaan itu harus membuat hubungan ia dengan istri dan anak-anaknya retak.
Pilihannya adalah bersikap keras dengan adat, atau melunak dan mengalah demi orang-orang tercinta.
Permainan peran Arswendy yang begitu mengakar, hampir pasti membuat penontonnya ikut sentimentil menyimak cerita film ini. Tentu juga dengan peran Tika Panggabean (Mak Domu) dan para anak yang diperankan oleh “geng” komika Indra Jegel, Boris Bokir, Lolox dan Gita Bhebhita.
Kesan atas film ini muncul tidak hanya berkat muatan drama yang kuat dengan permasalahan-permasalahan pelik di dalamnya.
Jangan lupakan pula iringan komedi yang hadir di sepanjang konflik cerita, yang dibawa oleh para komika-pemeran ke dalam film ini.
Film ini sejak awal mengajak penonton menikmatinya dengan tawa sekaligus tangisan.
Saking berkesannya, “Ngeri-Ngeri Sedap” bahkan mendapat apresiasi langsung dari Menteri Luhut Binsar Pandjaitan.
Menko Kemaritiman itu menyempatkan menonton di bioskop bersama keluarganya pada akhir pekan lalu, dan memberi apresiasi yang tinggi terhadap kerja Bene Dion Rajagukguk tersebut.
“Saya bangga kepada sutradara yang merancang ini selama 8 tahun, kemudian dibuat film. Penyajiannya kalau saya bisa bilang sudah high-end, bukan film kacangan. Saya sampaikan selamat kepada sutradaranya,” ungkap Luhut, dikutip dari siaran resmi Imajinar, Senin (13/6).
Bene Dion Rajagukguk, selaku sutradara mengungkapkan rasa terharunya, karena filmnya mendapat banyak komentar positif, termasuk dari Menteri Luhut. Bene Dion berharap filmnya bisa lebih banyak lagi disaksikan oleh penonton dan menjadi trigger untuk sineas lain agar bisa membuat film sejenis, dengan latar belakang budaya-budaya yang ada di Indonesia.
“Harapannya ini menjadi warna baru di industri film Indonesia, bahwa film yang sangat lokal sangat segmented yang sangat kuat budayanya, juga bisa menjadi tontonan semua suku di Indonesia. Sehingga kekayaan budaya yang selama ini kita tahu tetapi tidak bisa kita saksikan secara audio visual, bisa dijadikan film dan menjadi trigger para sineas untuk membuat film seperti ini, dengan background budaya,” ucap Bene Dion.
Kilasan Kisah
“Jadi nanti kita bisa lihat film Padang, Melayu, Kalimantan, Papua, dari mana-mana dan selalu penontonnya banyak. Harapannya bisa menjadi pembuka pintu untuk film seperti ini,” imbuhnya.
Sekilas gambaran, “Ngeri-Ngeri Sedap menceritakan Pak Domu an Mak Domu yang tinggal di tepian Danau Toba bersama salah satu anaknya, Sarma (Gita Bhebhita). Dua orang tua tersebut ingin sekali tiga anaknya, yaitu Domu (Boris Bokir), Gabe (Lolox) dan Sahat (Indra Jegel) yang sudah lama merantau pulang untuk menghadiri acara adat.
Ketiga anak yang lama di rantai itu malah menolak pulang karena hubungan mereka tidak harmonis dengan Pak Domu. Berbagai upaya dilakukan hingga akhirnya ketiga anak tersebut bisa pulang ke tana Batak.
Namun, permasalahan tidak selesai hanya dengan kepulangan tiga anak dari rantau. Keluarga Pak Domu nyatanya menyimpan gejolak yang lebih pelik yang mengancam keberlanjutan keluarga tersebut, yang sumbernya ada pada sikap dan kekerasan hati Pak Domu berkaitan dengan adat.
Film ini mengaduk-ngaduk emosi sepanjang jalan ceritanya. Lewat Pak Domu, penonton akan melihat bagaimana peliknya pertaruhan kesetiaan akan adat dalam diri seorang kepala keluarga Batak. Namun, lewat para anak, kita berpikir tentang dinamika era mutakhir yang menuntut banyak penyesuaian adat itu sendiri.