08 November 2025
18:00 WIB
NASA Kirim Satelit Kembar Ungkap Masa Lalu Mars
Untuk pertama kalinya NASA mengirim dua satelit sekaligus ke planet lain. Misi satelit kembar itu untuk mengungkap masa lalu Mars.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Satrio Wicaksono
Planet ketiga dalam tata surya, Planet Mars dengan background bintang luar angkasa. Shutterstock/Fra me Stock Footage. |
JAKARTA - Selama ini kita mengenal Mars sebagai sebuah planet beku dan kering, yang tak mungkin untuk dihuni manusia. Namun, jejak lembah sungai purba dan mineral yang terbentuk dari air, menunjukkan bahwa planet ini dulunya hangat dan basah, sehingga mungkin pernah ada kehidupan di dalamnya.
Lalu apa yang terjadi, mengapa dunia yang dahulu mirip Bumi itu kini hanya menyisakan padang pasir kemerahan dan langit tipis yang nyaris tanpa perlindungan? Untuk menjawab pertanyaan itu, NASA meluncurkan misi ESCAPADE (Escape and Plasma Acceleration and Dynamics Explorers), dengan biaya sekitar US$80 juta.
Misi ini digawangi sepasang satelit kembar, satelit mungil bernama Blue dan Gold yang akan berangkat bersama menggunakan roket New Glenn milik Blue Origin dari Cape Canaveral, Florida, paling cepat Minggu, 9 November waktu setempat.
Selain tujuannya yang menarik, ini merupakan misi pertama NASA mengirim dua satelit kembar sekaligus ke planet lain. Sebuah langkah besar dalam upaya memahami bagaimana Matahari secara perlahan "menggerogoti" atmosfer Mars.
Seperti disebut di awal, banyak bukti yang telah menunjukan Mars pernah basah dan mungkin layak huni. Jejak sungai kering, danau purba, serta mineral yang hanya bisa terbentuk oleh air mengisyaratkan bahwa miliaran tahun lalu, planet ini memiliki atmosfer tebal yang melindunginya.
Tapi sekitar 4 miliar tahun lalu, medan magnet global Mars memudar, dan perlindungan dari radiasi Matahari pun lenyap. Sejak saat itu, angin matahari atau aliran partikel bermuatan dari Matahari perlahan mengikis udara Mars, meninggalkan atmosfer tipis yang kini hanya 1% dari kepadatan atmosfer Bumi.
Menurut Robert Lillis, ilmuwan utama ESCAPADE dari University of California, Berkeley, kedua satelit ini akan memberikan 'pandangan stereo' tentang bagaimana angin matahari atau aliran partikel bermuatan dari Matahari, berinteraksi dengan atmosfer Mars.
"Untuk memahami bagaimana angin matahari memicu berbagai jenis pelarian atmosfer, merupakan kunci untuk mengetahui evolusi iklim Mars," ungkapnya dalam keterangan di halaman resmi UC Berkeley.
Selain membuka jendela baru tentang atmosfer Mars, misi ini juga menandai cara baru menuju Mars. Biasanya, pesawat luar angkasa hanya bisa diluncurkan ketika Bumi dan Mars sejajar, yang terjadi setiap 26 bulan sekali.
Tapi ESCAPADE akan memecahkan aturan itu. Kedua satelit akan terlebih dulu menuju titik Lagrange, atau daerah di mana gravitasi Matahari dan Bumi seimbang, lalu berputar dalam orbit seperti kacang selama hampir setahun sebelum meluncur ke Mars. Jalur ini jauh lebih fleksibel daripada rute tradisional yang disebut Hohmann Transfer.
"ESCAPADE membuka jalan untuk peluncuran ke Mars kapan pun, bahkan ketika planet tidak sejajar," kata Jeffrey Parker dari Advanced Space LLC, salah satu mitra NASA dalam misi ini.
Pendekatan ini dinilai penting, terutama ketika kelak suatu hari manusia benar-benar membangun koloni di Mars. Dalam skenario itu, ratusan kapal berawak dan tak berawak akan dikirim dalam tiap siklus orbit. Dengan strategi baru seperti ESCAPADE, peluncuran bisa dilakukan berbulan-bulan sebelumnya, mengurangi tekanan pada jadwal dan infrastruktur di Bumi.
Usai diluncurkan akhir pekan ini, satelit kembar Blue dan Gold diperkirakan akan tiba di MArs pada tahun 2027 mendatang. Begitu tiba di Mars, kedua satelit akan menghabiskan tujuh bulan menyelaraskan orbitnya. Setelah itu, mereka akan mengorbit dalam formasi rapat, memungkinkan pengamatan atmosfer dengan selang waktu hanya dua menit hingga tiga puluh menit, bukan lagi berjam-jam seperti misi tunggal sebelumnya.
"Dari sini, kita akhirnya bisa memantau perubahan cepat di sistem atmosfer Mars dengan detail yang belum pernah dicapai sebelumnya," kata Jeffrey.
Dari semua ambisinya, ESCAPADE bukan sekadar tentang menjelajah langit merah di kejauhan. Ia juga tentang menatap masa depan manusia di luar Bumi. Apa yang ditemukan dua satelit kembar ini. Tentang kehilangan atmosfer, badai kosmik, atau air yang mungkin masih tersembunyi di bawah permukaan, akan menjadi petunjuk penting bagi generasi yang suatu hari akan menjejakkan kaki di sana.
Namun Lillis sendiri mengakui, meski mengagumi Mars, ia tak ingin tinggal di sana. Sebab bagaimanapun tekanan udara di Mars sangat rendah, dan akan membuat tekanan darah mendidih tanpa pakaian bertekanan khusus.
"Membangun pemukiman manusia di Mars pasti akan menjadi tantangan. Tapi, tahukah Anda, manusia itu ulet, kan?," terangnya.