c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

27 Mei 2025

20:01 WIB

Museum Tekstil Hadirkan Keindahan Wastra Akulturasi Budaya

Tradisi dan budaya di Indonesia juga tak lepas dari adanya akulturasi di waktu lampau, salah satunya bisa tergambar dari jenis wastra yang dipamerkan di Museum Tekstil. 

Penulis: Gemma Fitri Purbaya

<p>Museum Tekstil Hadirkan Keindahan Wastra Akulturasi Budaya</p>
<p>Museum Tekstil Hadirkan Keindahan Wastra Akulturasi Budaya</p>

Suasana dari pembukaan pameran "Catur Kultur pada Wastra Indonesia" yang diselenggarakan di Museum Tekstil, Jakarta, Selasa (27/5/2025). (ANTARA/HO-Wastraprema)

JAKARTA - Sebanyak 98 wastra langka pilihan yang menunjukkan keindahan akulturasi budaya China, India, Islam dan Eropa, dipamerkan dalam helatan "Catur Kultur pada Wastra Indonesia". Pameran itu digelar selama satu bulan di Museum Tekstil, Jakarta.

Beberapa wastra yang ditampilkan antara lain kain panjang, sarung, selendang, ikat kepala dan kain di meja sembahyang (tokwi) milik warga Tionghoa yang cukup langka.

Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, M. Miftahulloh Tamary mengatakan, pameran itu menjadi salah satu upaya pelestarian warisan budaya Indonesia, serta penguatan identitas bangsa melalui budaya wastra tradisional. 

"Pameran ini tidak hanya menampilkan ragam akulturasi budaya namun di dalamnya terkandung makna, filosofi yang sangat dalam sebagai identitas masing masing propinsi dan wilayah di Indonesia," katanya, seperti dikutip dari Antara, Selasa (27/5).

Ketua Umum Himpunan Wastraprema, Neneng Iskandar menambahkan, keberagaman budaya yang terwujud dalam berbagai wastra ini memperlihatkan pengaruh kebudayaan China, India,Islam dan Eropa, yang kemudian diolah dan diadaptasi secara kreatif oleh masyarakat lokal.

"Akulturasi budaya tidak menghapus identitas budaya Indonesia, tetapi justru memperkaya khazanah budaya melalui motif, teknik dan simbol," kata Neneg.

Digambarkan Lewat Motif

Ia menjelaskan, unsur-unsur kebudayaan China banyak diadaptasi sebagai motif pada wastra Indonesia. Seperti motif naga, burung hong, kiliin bunga teratai, bunga peony serta berbagai simbol yang dianggap membawa keberuntungan.

Motif-motif tersebut terutama berasal dari gambar keramik China yang ditemukan di Indonesia. Wastra India yang telah diperdagangkan di berbagai penjuru dunia selama berabad abad meninggalkan jejak yang signifikan terhadap wastra Indonesia.

Kemudian motif yang digambarkan pada patola ditemukan sebagai ragam hias hampir di seluruh daerah di Indonesia. Demikian juga dengan struktur desain wastra dari beberapa daerah menyerupai struktur patola.

Terkait dengan pengaruh Islam, Neneng bercerita bahwa ciri yang paling khas nampak dari penggunaan kaligrafi sebagai ragam hias terutama pada batik dan sulaman.

"Demikian dengan simbol-simbol yang berhubungan dengan dunia Islam, seperti gambar masjid merupakan sumber inspirasi yang turut memperkaya perbendaharan ragam hias wastra Indonesia," ujar dia.

Sementara masuknya bangsa Eropa turut serta memberi pengaruh yang signifikan terhadap ragam hias wastra Indonesia. Lambang kerajaan Eropa, malaikat sedang meniup terompet, sosok cupid dengan anak panahnya banyak ditemukan sebagai ragam hias pada wastra tenun terutama yang berasal dari daerah Indonesia Timur.

Kepala Unit Pengelola Museum Seni, Sri Kusumawati menambahkan, Museum Tekstil sebagai salah satu wadah pelestarian Budaya Wastra Indonesia, akan terus hadir memberikan pengetahuan dan wawasan baik sejarah maupun perkembangan kain tradisi kepada masyarakat luas.

"Hadirnya pameran ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi masyarakat serta dapat menginspirasi generasi muda untuk turut serta dalam pelestarian wastra Indonesia," ujar Sri.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar