02 Juni 2025
18:33 WIB
Motif Floral Hingga Model Disabilitas Warnai BTN Grand Gala di IFW 2025
Lewat model-model disabilitas, Nita Seno Adji x Sthya menampilkan koleksi "Jelajah ke Sumba" di panggung IFW 2025. Koleksi ini merefleksikan nilai keberanian, kebijaksanaan, feminin sekaligus maskulin.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Andesta Herli Wijaya
Nita Seno Adji x Sthya "Jelajah ke Sumba" di Indonesia Fashion Week 2025 (28 Mei - 1 juni). Dok: Gemaa F Purbaya.
JAKARTA - Indonesia Fashion Week (IFW) 2025 telah resmi digelar. Sebagai salah satu pekan mode terbesar di Indonesia, tahun ini IFW 2025 mengambil tema "Ronakultura Jakarta" yang menggambarkan Jakarta sebagai persilangan budaya tradisional dan gaya hidup kontemporer.
Salah satu yang mencuri perhatian adalah gelaran BTN Grand Gala di perhelatan fesyen tersebut. Empat jenama tampil mempersembahkan koleksi terbaru mereka dengan motif dan wastra Indonesia, yakni Itang Yunasz, Oscar Lawalata Culture, Ayu Dyah Andari, dan Nita Seno Adji x Sthya.
Fashion show dibuka oleh Ayu Dyah Andari dengan koleksinya "Charmee Luxury Collection" yang dirancang dengan ketelitian tinggi pada setiap detailnya. Dengan membawa 13 busana, koleksi ini memadukan kesederhanaan, keanggunan, dan pesona yang memikat, sehingga bisa dijadikan pilihan tepat untuk acara formal maupun non formal.
Nama "Charmee" sendiri berasal dari bahasa Prancis yang berarti "feminine for charmed". Istilah ini merujuk pada karakter anggun, lembut, dan memikat yang menjadi inti dari koleksi ini. Ada tiga palet warna yang dihadirkan oleh Ayu Dyah Andari, dua warna pastel lembut dan satu warna tegas untuk merefleksikan suasana Iduladha dengan sentuhan keanggunan yang abadi.
Signature dari koleksi ini terletak pada teknik dan pola yang rumit dan unik. Teknik piping atau hiasan berbentuk "pipa" dari kain yang dilipat dan dijahit di tepian busana untuk mempertegas garis desain dan menambah dimensi artistik yang khas.
Untuk bordir kali ini didesain dan digambar sendiri oleh Ayu Dyah Andari yang menampilkan kombinasi bunga mawar yang merupakan sumber inspirasi abadi sang desainer dengan logo brand dan elemen lainnya untuk memperkaya pola.
Gelar busana berlanjut dengan koleksi dari Nita Seno Adji x Sthya yang mengusung tajuk "Jelajah ke Sumba". Koleksi ini menyajikan keindahan Sumba dari hasil kerajinan tangan berupa kain khas kreasi para penenun.
Ada beberapa motif yang ditampilkan, yakni motif ayam, kuda, rusa, manusia, mamuli, dan singa patola kamba, dengan balutan warna monokrom sehingga menjadi busana yang menarik. Mereka menghadirkan 12 busana wanita dalam long dress dan bustier dengan bordir dan tenun Sumba.
"Terinspirasi dari proses pembuatan tenun Sumba dengan proses pembuatan sampai 42 tahap sehingga membutuhkan waktu panjang untuk sehelai tenun Sumba, dan para pembordir dari Tasikmalaya pun serupa, pada pengerjaannya prosesnya cukup panjang," cerita Nita Seno Adji saat ditemui di IFW 2025 beberapa waktu lalu.
Menariknya, mereka menggandeng model-model disabilitas untuk membawakan koleksi tersebut di panggung IFW 2025. Selaras dengan motif yang ditampilkan, para model ini memiliki arti kehidupan, berani, bijaksana, feminin, dan maskulin, di saat bersamaan.
Selanjutnya, Itang Yunasz membawa sembilan looks busana dengan signature setelan blus dan celana model lebar yang dibalut oleh outer songket Bali benang emas agar terlihat glam elegan. Bertajuk "Bali Boho", Itang Yunasz berupaya merepresentasikan gaya eksotik dramatis lewat siluet lebar untuk menciptakan kesan bebas bergaya Boho.
Detail ruffles digunakan guna menambah dimensi dan sentuhan bordir untuk memperkuat karakter dan menciptakan kesempurnaan. Terinspirasi dari kekayaan budaya Bali, dia mengembangkan motif yang dipadukan dengan berbagai motif printing lainnya, seperti geometri, mandala, dan renda.
Baca juga: Elegansi Merak Seri "Tropical Peacock" Cap Bali Mempesona IFW 2025
Semarak pagelaran busana ditutup oleh Oscar Lawalata Culture yang membawa koleksi "Darra Musim Semi Musim Panas 2025". Darra menjadi sebuah interpretasi modern tentang keanggunan dan kelembutan wanita yang dituangkan melalui warna-warna cerah khas musim semi dan musim panas.
Menampilkan siluet ringan dengan cutting-an kebaya kontemporer, koleksi ini bisa dipadu padankan sesuai gaya pengguna, baik formal maupun non formal. Detail-detail dari koleksinya pun terinspirasi dari bentuk dan gerak bunga melalui permainan tekstur, volume, dan struktur yang menggambarkan keindahan bunga secara subtil.
"Koleksi 'Darra Musim Semi Musim Panas 2025' terinspirasi dari keanggunan bunga nan tumbuh di tengah musim semi, simbol kehidupan baru, kelembutan, dan semangat feminin tak lekang oleh waktu. Bunga tidak hanya hadir sebagai bentuk visual, tetapi diwujudkan dalam permainan siluet, detail, dan tekstur kain," ucap perwakilan Oscar Lawalata.
Melalui sembilan busana wanita yang menggunakan material linen, Oscar Lawalata Culture berupaya memperlihatkan semangat wanita bebas, hangat, dan berdaya, dalam narasi alam sebagai sumber inspirasi utama dalam karya-karyanya.
Tahun ini, IFW 2025 resmi digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta sejak Rabu (28/5) hingga Minggu (1/6). IFW 2025 mengambil tema Ronakultura Jakarta yang menggambarkan semangat Jakarta sebagai kota dinamis, terus bergerak, dan penuh warna dan perpaduan budaya tradisional dan gaya hidup kontemporer.