c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

KULTURA

04 Desember 2023

20:54 WIB

“Monisme”, Film Karya Riar Rizaldi Sabet Penghargaan Tertinggi JAFF

Film panjang karya Riar RIzaldi, "Monisme" meraih penghargaan Golden Hanoman, predikat tertinggi di ajang Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF).

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

“Monisme”, Film Karya Riar Rizaldi Sabet Penghargaan Tertinggi JAFF
“Monisme”, Film Karya Riar Rizaldi Sabet Penghargaan Tertinggi JAFF
Film Monisme raih penghargaan Film Terbaik atau Golden Hanoman, Jogja-Netpac Asian Film Festival 2023. Dok: JAFF.

JAKARTA - Helatan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) edisi ke-18 usai digelar. JAFF 2023 mendapuk Monisme, film panjang karya sutradara Riar Rizaldi sebagai film terbaik, pemenang kompetisi utama dan dengan begitu memboyong penghargaan Golden Hanoman.

Monisme merupakan film Indonesia satu-satunya yang berkompetisi di program Kompetisi Utama JAFF 2023. Film eksperimental yang berkisah tentang beberapa aktor profesional dan non-aktor dalam dinamika hubungan manusia dan alam di salah satu gunung berapi paling aktif di dunia, Gunung Merapi.

Monisme sebelumnya tayang perdana di Festival International de Cinéma de Marseille 2023 dan meraih Film Terbaik di Bucharest International Experimental Film Festival 2023. Kini, film ini dipilih oleh juri Kristy Matheson, Mandy Marahimin, dan Park Ki Yong sebagai film terbaik JAFF 2023.

“Kami sangat mengagumi keberaniannya bereksperimen dan melakukan gerakan dinamis antar genre dan footage yang berbeda. Film ini menceritakan sebuah kisah yang kompleks yang hanya dapat dituturkan melalui medium sinema dan dapat menyuarakan gagasan sinematik yang sangat menarik dalam sinema kontemporer,” keterangan juri, dilansir dari siaran pers, Senin (4/12).

JAFF yang tahun ini mengangkat tema “Luminescene”, mengumumkan total 13 penghargaan bagi film terbaik dari Indonesia dan kawasan Asia yang diumumkan pada malam penutupan festival, Sabtu (2/12) lalu. Masih dari kompetisi utama, Oasis of Now karya sutradara Chia Chee Sum (Malaysia) dan Dreaming & Dying karya sutradara Nelson Yeo (Singapura) masing-masing meraih Silver Hanoman dan Special Jury Mention.

Para pemenang lainnya yaitu Which Colour (sutradara Shahrukhkhan Chavada) yang meraih NETPAC Award, Hito (Stephen Lopez) meraih Blencong Award, Abang Adik (Jin Ong) meraih Geber Award, serta The River That Never Ends (J.T. Trinidad) meraih Student Award.

Di segmen penghargaan bagi sinema Indonesia, Indonesia Screen Awards, The Draft! (sutradara Yusron Fuadi) meraih Best Film, Ismail Basbeth meraih Best Directing lewat film Sara, Best Storytelling untuk Anindita Suryarasmi & Yusron Fuadi di film The Draft!, Best Performance bagi Irma Novita Rihi di film Women From Rote Island, Best Editing bagi Ridwan A.B. & Yusron Fuadi di film The Draft!, serta Best Cinematography bagi Josep Christoforus Fofid di film Women From Rote Island.

JAFF tahun ini mencatat pertumbuhan publik sinema Asia yang positif, dengan angka kunjungan mencapai lebih dari 20 ribu selama delapan hari berjalan. Dibuka dengan meriah pada 25 November dengan film Auto Bio Pamplet karya sutradara Ashish Avinash Bende (India), JAFF ditutup pada 2 Desember dengan 13 Bom di Jakarta karya Angga Dwimas Sasongko (Indonesia) yang mendapat sambutan luas dari penonton.

Geliat Sinema Asia
 Direktur Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Ifa Isfansyah mengatakan, JAFF tahun ini menandai gairah sinema Asia. Pengunjung, katanya, turut merayakan tidak hanya perkembangan sinema Asia yang semakin bercahaya tapi juga merayakan kemanusiaan Asia.

Pencapaian yang menggembirakan ini sekaligus menjadi penanda industri film Asia yang terus memperlihatkan geliatnya selama setahun terakhir ini.

“Kedewasaan JAFF yang memasuki tahun ke-18 ikut terasa melalui antusiasme penonton dan semua pesertanya tahun ini. Semoga semangat yang ditunjukkan oleh semua yang hadir dan  berpartisipasi ikut menjadi penggerak gairah perfilman kita di tahun ke depan,” ungkap Ifa Isfansyah dalam keterangan pers, dikutip Senin (4/12).

Selama delapan hari jalannya festival, lanjut Ifa, sebanyak lebih dari 3.000 peserta turut berpartisipasi dalam program- program non penayangan, baik itu public lecture, workshop, forum komunitas, maupun Film & Series Lab.

Program-program baru seperti Nocturnal, penayangan film-film di jam menjelang tengah malam atau midnight show, dan Special Events seperti Rimpang Dilayarkan dan Dirayakan, penayangan lima video musik dari album terbaru Efek Rumah Kaca, mendapatkan sambutan yang luar biasa dari penonton.

Begitu pula penyelenggaraan bioskop bisik yang dimulai pada tahun lalu, kembali dihadirkan pada JAFF tahun ini dengan menayangkan Petualangan Sherina 2.

JAFF18 juga mempertemukan para pemangku kepentingan industri film dalam sebuah Focused Group Discussion (FGD) untuk memperkuat rencana JAFF menyelenggarakan JAFF Market yang ditargetkan akan digelar pada JAFF berikutnya.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar