01 September 2025
08:20 WIB
Milenial Dan Gen Z Melek Digital Tapi Lupa Dana Darurat
Di tengah segala kemudahan dalam pengelolaan keuangan berbasis teknologi digital, sebuah studi menyebut Milenial dan Gen Z masih belum memiliki dana darurat.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Ilustrasi. Barcode wisatawan mancanegara di Indonesia. Antara Foto/Edited
JAKARTA - Perkembangan teknologi keuangan atau fintech membuat generasi muda kian akrab dengan dompet digital atau e-wallet. Kehadirannya menawarkan kemudahan bertransaksi tanpa perlu lagi mengeluarkan uang tunai.
Hanya dengan ponsel di genggaman, pembayaran bisa dilakukan secara instan di berbagai lini kehidupan. Bagi milenial dan Gen Z, e-wallet telah menjadi bagian dari gaya hidup digital-first yang tak terpisahkan dari keseharian.
Tak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran, dompet digital kini juga membuka akses ke tabungan, investasi mikro, hingga layanan asuransi. Inovasi ini membuat keuangan terasa lebih dekat dan mudah diakses, bahkan bagi mereka yang baru mulai belajar mengatur keuangan.
Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah platform bahkan mulai menghadirkan fitur e-saving hingga investasi sederhana seperti reksadana pasar uang. Fitur ini memberi peluang bagi anak muda untuk menyisihkan dana, bahkan dalam jumlah kecil, secara otomatis dan fleksibel.
Namun, di balik peluang tersebut, tantangan besar tetap ada yakni pengelolaan dana darurat. Menurut Treasury pada November 2023 menemukan bahwa 61,7% anak muda, termasuk generasi milenial dan Gen Z, belum memiliki dana darurat.
Kondisi ini umumnya dipengaruhi oleh pola konsumsi yang tinggi serta kesulitan mengatur arus kas pribadi. Josua Pardede, Pengamat Ekonomi Bank, menilai tren dompet digital ibarat pedang bermata dua.
“Dompet digital memang memberi kemudahan sekaligus peluang untuk membangun tabungan darurat secara otomatis dan fleksibel. Tapi di sisi lain, godaan promo dan cashback justru bisa mendorong perilaku konsumtif berlebihan,” ujar Josua kepada Validnews, Senin (1/9).
Josua menekankan, disiplin dalam mengalokasikan dana darurat tetap harus menjadi prioritas. Secara makro, pergeseran dari sistem keuangan berbasis tunai (cash-based) menuju digital (digital-based) membawa dampak positif bagi literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.
“Generasi muda kini punya akses yang lebih mudah untuk memulai kebiasaan menabung maupun berinvestasi. Namun tanpa disiplin dan pemahaman yang tepat, dompet digital berisiko hanya dimanfaatkan untuk konsumsi semata, bukan menjadi sarana membangun ketahanan finansial,” jelasnya.