c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

KULTURA

06 Februari 2023

17:28 WIB

Menyingkap Potensi 'Toksik' Dari Kebiasaan Silent Treatment

Orang yang melakukan silent treatment akan merasa kuat dan mempunyai kendali penuh. Sementara itu, orang yang menerimanya merasa bingung dan takut hubungan berakhir.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Rendi Widodo

Menyingkap Potensi 'Toksik' Dari Kebiasaan <i>Silent Treatment</i>
Menyingkap Potensi 'Toksik' Dari Kebiasaan <i>Silent Treatment</i>
Ilustrasi pasangan dalam mode silent treatment. Pexels/Cottonbro

JAKARTA - Kita tentu pernah mengalami pertengkaran kecil dengan orang yang dikasihi, mungkin orang tua, pasangan, kerabat, atau orang lain. Tak jarang pula kita meluapkan emosi dengan cara diam yang kini banyak dikenal dengan sebutan silent treatment.

Silent treatment adalah bentuk aksi kecewa atau marah dengan mendiamkan seseorang. 

Dilansir dari ABC Life, silent treatment sudah diterapkan sebagai hukuman fisik yang diterapkan oleh narapidana sejak tahun 1985. Konsep ini dijalankan dengan cara melarang narapidana berbicara serta menutup wajah mereka. 

Mental para narapidana itu kemudian diuji, sehingga mereka merasa menjadi orang yang lebih buruk daripada kejahatan karena merasa tidak berdaya, dan tidak dihargai.

Setiap orang memang memiliki caranya sendiri di saat sedang emosi. Akan tetapi, menerapkan silent treatment secara reguler ternyata memiliki bahayanya sendiri.

Dampak buruk silent treatment

Pada kenyataannya, dampak silent treatment dinilai berbahaya karena bisa memberikan dampak secara emosional yang terkadang tidak terlihat langsung, bahkan bisa meningkatkan risiko masalah psikologis.

Orang yang melakukan silent treatment ini akan merasa kuat dan mempunyai kendali penuh. Sementara itu, orang yang menerimanya merasa bingung dan takut hubungan berakhir.

Baca juga: Toxic Masculinity Jadi Alasan Kasus Pria Banyak Bunuh Diri

Sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal Frontiers in Evolutionary Neuroscience menyarakan bahwa korteks cingulate anterior bagian orang yang mencatat rasa sakit akan bekerja keras saat seseorang mendapatkan silent treatment.

Beberapa dampak secara fisik pun bisa terjadi seperti perubahan berat badan, gangguan tidur, dan peningkatan tekanan darah. 

Bahkan, stres berkepanjangan bisa membuat tubuh mengalami peradangan yang menyebabkan penyakit kronis kardiovaskular.

Dampaknya tidak hanya itu saja, jika Anda terus menerapkan silent treatment dalam hubungan, kemungkinan bisa menimbulkan perselisihan yang berkepanjangan karena pasangan merasa tidak memiliki kesempatan untuk membahas. 

Dampaknya, masalah akan berlarut-larut dan menciptakan toxic relationship, fatalnya hubungan Anda akan berujung pada perpisahan.

Tindakan ini tentu salah karena merupakan salah satu bentuk pelecehan emosional. Akibatnya, seseorang yang sering mengalami silent treatment dari pasangan memiliki harga diri yang rendah dan merasa tidak berdaya dalam hubungan. 

Laman Pairedlife menuliskan, yang terpenting saat berhadapan dengan masalah Anda bisa membedakan antara silent treatment dan memberi ruang introspeksi diri.

Dengan memahami perbedaannya, maka Anda bisa lebih tepat mengelola dan menyelesaikan masalah dalam sebuah hubungan. Memberikan waktu untuk saling introspeksi bisa jadi solusi yang baik untuk meredakan emosi sesaat, lalu jangan lupa untuk beranikan diri memulai diskusi saat kepala sudah dingin.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar