25 September 2023
17:17 WIB
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Indonesia mungkin masih punya tantangan nyata dalam menghadapi angka konsumsi minuman keras di kalangan remaja. Tapi, kondisi berbeda justru terjadi secara global di berbagai negara, di mana popularitas meminum alkohol semakin ditinggalkan di negara-negara tertentu.
Berdasarkan catatan dan proyeksi Statista, terlihat jika nilai pendapatan bir non-alkohol secara global mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun, terutama sejak tahun 2020 hingga 2023.
Saat tahun pandemi, pendapatan bir non-alkohol global mencapai angka US$23,06 miliar. Terus meningkat, pada 2023 ini pendapatannya diprediksi mencapai US$34,65 miliar (Rp533,3 triliun).
Sebagai gambaran, di Belanda, pangsa pasar untuk minuman non-alkohol mulai meningkat sejak tahun 2010 dan terus mengalami peningkatan hingga empat kali lipat setiap tahunnya.
Popularitas Bar 0% Alkohol di Jepang
Negara lain yang menunjukkan pertumbuhan akan minat masyarakatnya terhadap minuman non-alkohol adalah Jepang. Meski bukan hal baru, namun popularitas minuman atau secara spesifik bir non-alkohol semakin diminati sejak 2019.
Diketahui jika saat ini sejumlah bar di Jepang tidak lagi menjadikan minuman alkohol sebagai ‘menu’ utama yang disuguhkan kepada tamu. Sebaliknya, mereka justru sudah mulai beralih ke minuman non-alkohol terlebih bagi para pengunjung yang memang tidak terbiasa meminumnya.
Bahkan kini, di Negeri Sakura juga semakin banyak bermunculan bar yang secara khusus hanya menjual minuman atau bir non-alkohol.
Suntory, salah satu raksasa produsen minuman dalam kemasan (termasuk minuman beralkohol) di Jepang bahkan melakukan survei sendiri dan menemukan fakta bahwa penjualan minuman non-alkohol di negara mereka melonjak dalam 10 tahun terakhir.
Bahkan produsen bir di Jepang, Kirin, semenjak popularitas bir non-alkohol meningkat mulai fokus mengeluarkan produk serupa yang membuat pangsa pasar bir biasa menurun hingga 15%.
Perubahan Gaya Hidup
Bicara soal alasan, warga Jepang khususnya kalangan berusia muda disebut banyak yang sudah menyadari bahaya serta dampak yang ditimbulkan dari alkohol, dan mulai menaruh perhatian tinggi pada kesehatan.
Selain itu sejak pandemi, di Jepang sendiri mulai muncul istilah ‘liver rest days’ atau hari istirahat untuk hati, di mana masyarakat yang sebelumnya biasa minum alkohol mulai mengganti kebiasaan tersebut dan rupanya terus berlanjut hingga saat ini.
Perubahan gaya hidup itu rupanya juga memengaruhi salah satu tradisi yang selama ini hidup di tengah masyarakat Jepang, yakni Nomikai.
Nomikai merupakan kebiasaan berkumpul dan minum-minum yang dilakukan beramai-ramai oleh rekan kantor setelah jam kerja. Dipandang sebagai sesi informal dalam kehidupan perkantoran di Jepang, tradisi ini bertujuan untuk menjalin ikatan antar rekan kerja dan menjadi ajang untuk mengungkapkan perasaan lebih jujur selama bekerja, bercanda, dan saling mengkritik atau bertukar pikiran.
Saat melakukan Nomikai, tak jarang para karyawan ‘ditekan’ untuk mengonsumsi alkohol sehingga tak jarang aksi tersebut dianggap sebagai tindakan pelecehan.
Namun seiring berubahnya tren jenis minuman atau bir yang dikonsumsi, tradisi Nomikai pun kini bergeser menjadi lebih nyaman dan disukai banyak pihak.