c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

17 Januari 2025

15:18 WIB

Menjaga Kesehatan Mental Saat Memanfaatkan Paylater

Salah satu aspek yang kerap terabaikan saat seseorang memanfaatkan paylater adalah kesehatan mental. Biasanya kondisi ini muncul saat jatuh tempo tagihan. 

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Menjaga Kesehatan Mental Saat Memanfaatkan <em>Paylater</em></p>
<p>Menjaga Kesehatan Mental Saat Memanfaatkan <em>Paylater</em></p>

Ilustrasi Paylater. Shutterstock/dok

JAKARTA - Layanan paylater (bayar nanti) semakin populer di era digital. Kemudahan berbelanja dengan menunda pembayaran menjadi daya tarik utama, terutama bagi konsumen muda. 

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan signifikan pembiayaan paylater oleh perusahaan pembiayaan, yaitu sebesar 63,89% pada Oktober 2024 (YoY). Di balik kenyamanannya, paylater dapat membawa dampak negatif jika tidak digunakan dengan bijak. Salah satu aspek yang sering terabaikan adalah pengaruhnya terhadap kesehatan mental. 

Psikolog Klinis, Disya Arinda menjelaskan, penggunaan paylater bisa memengaruhi kondisi psikologis seseorang, terutama jika tidak diimbangi dengan kesadaran finansial. 

"Saat menggunakan paylater, seseorang cenderung merasa seolah-olah tidak mengeluarkan uang secara langsung, sehingga berisiko menghabiskan lebih banyak dari kemampuan finansialnya," ujar Disya.

Menurutnya, perasaan semu ini dapat memicu kecemasan dan stres ketika tagihan tiba. Banyak pengguna merasa tertekan saat menghadapi jumlah cicilan yang menumpuk yang pada awalnya terlihat kecil. 

"Hal ini dapat memengaruhi suasana hati, menciptakan perasaan tidak nyaman, bahkan gangguan tidur," ucapnya.  

Dijelaskan, penting bagi pengguna untuk mengevaluasi kesiapan mental sebelum memutuskan menggunakan layanan ini. Jika seseorang sedang mengalami tekanan psikologis atau stres, keputusan finansial impulsif seperti memanfaatkan paylater, bisa memperburuk kondisi tersebut.  

"Sebelum memutuskan untuk menggunakan paylater, sebaiknya evaluasi kebutuhan dengan memastikan pembelian yang dilakukan mendesak, bukan hanya keinginan sesaat," tambahnya.

Ia juga menghimbau agar setiap orang memastikan ada pendapatan yang stabil untuk membayar cicilan tepat waktu. Selain itu, perlu mengetahui batas pengeluaran dan komitmen finansial lainnya agar tidak terbebani di kemudian hari.  

"Biasakan menunda pembelian untuk mempertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar diperlukan," tegasnya.

Menurut Disya, pemahaman tentang pengelolaan keuangan juga sangat penting. Pendidikan keuangan membantu seseorang membuat keputusan yang bijak dan menghindari risiko stres akibat beban utang.

"Jika seseorang merasa tertekan akibat keuangan, sebaiknya tanya kepada ahli keuangan atau psikolog. Mengelola stres dengan cara yang sehat akan membantu seseorang membuat keputusan yang lebih rasional dan menghindari masalah keuangan yang lebih besar," pungkasnya.  


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar