02 Desember 2021
17:36 WIB
Penulis: Dwi Herlambang
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA – Menyelam dan menikmati keindahan alam bawah laut memang menjadi salah satu wisata yang cukup digemari di Indonesia.
Banyak spot menarik nan cantik di seluruh perairan Nusantara, salah satu di daerah Desa Tulamben, Karangasem, Bali. Tak jauh dari bibir pantai, penyelam bisa melihat bangkai kapal USAT Liberty yang kini dipenuhi terumbu karang.
Sayangnya, karena usia dan faktor alam, saat ini kondisi setengah badan kapal USAT Liberty tertimbun pasir di kedalaman 35 meter di bawah permukaan laut. Akibatnya, sebagian badan kapal sudah mengalami pengeroposan.
Direktur PT Noble Dive Resort Bali, I Nengah Suta menjelaskan, tantangan terberat pengelolaan saat ini adalah menjaga kapal USAT Liberty tersebut. Masalahnya, jika kapal karam tersebut hancur akan berdampak kepada hilangnya biota laut dan ikan yang menjadi daya tarik dari destinasi wisata menyelam di Tulamben.
“Ini akan menjadikan suatu keresahan untuk mengais rezeki lagi karena akan mengalami kerusakan,” kata Suta dalam webinar bertajuk Pengelolaan, Berkelanjutan Wisata Kapal Tenggelam, di Jakarta, Kamis (2/12).
Suta menjelaskan, sejak kapal USAT Liberty karam pada 1975 dan dibuka sebagai tempat wisata menyelam, destinasi wisata ini telah mengubah kehidupan warga secara signifikan. Masyarakat yang awalnya hanya bekerja sebagai nelayan dan petani, langsung mendapatkan berkah dengan bekerja di sektor pariwisata.
“Semenjak adanya kapal karam warga kami disini sangat dapat menikmati hasil atau rezeki dari kapal tersebut,” ujarnya.
Saat ini, di daerah Tulamben ada sekitar 40 akomodasi hotel, villa, guest house, resto, dan 20 diving center. Untuk pengelolaan, sebanyak 60% warga lokal Tulamben dipekerjakan sementara 40% lainnya dari luar Tulamben.
Sementara itu, untuk pemandu selam tersedia sejumlah 200 orang. Catatan ini tentu memperlihatkan bahwa USAT Liberty telah memberikan penghidupan baru bagi masyarakat.
Sebagai gambaran, tingkat kunjungan wisatawan ke tempat ini juga tidak sedikit. Sebelum adanya pandemi covid-19, setiap harinya tidak kurang dari 200 wisatawan datang untuk menyelam dan melihat USAT Liberty.
Data yang dimiliki Suta memperlihatkan, dalam satu tahun kunjungan wisatawan terbanyak didominasi oleh wisatawan asing 75% dan wisatawan lokal 25%.
Dengan segala catatan di atas dan begitu pentingnya wisata kapal tenggelam bagi masyarakat Tulamben, Suta meminta kepada pemerintah untuk memberikan perhatian khusus untuk melakukan perawatan karena dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Jika tidak, ia meminta pemerintah menenggelamkan kapal-kapal yang sudah tidak berfungsi di laut Tulamben sehingga kapal karam tetap menjadi objek wisata yang berkelanjutan.
Apalagi, menurut Suta, kapal yang tenggelam di Tulamben akan sangat mudah diisi pasir dan mempercepat tumbuhnya karang yang indah. Karang yang indah tentu saja akan menarik biota laut seperti ikan-ikan karang untuk mendekati dan menjadi sebuah ekosistem bawah laut yang menarik untuk dilihat pada saat menyelam.
USAT Liberty adalah kapal perang kargo milik tentara Amerika Serikat yang karam di lautan Tulamben pada 1942. Kapal dengan panjang 120 meter ini pada zaman itu beroperasi untuk melayani kebutuhan militer Amerika Serikat pada Perang Dunia ke-II.
Pada saat perjalanan dari Australia menuju Filipina, kapal ini ditorpedo oleh kapal selam musuh dan akhirnya karam di laut Tulamben, Bali.