c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

14 November 2025

13:35 WIB

Menjaga Artefak Dari Pengaruh Musim

Artefak-artefak peninggalan sejarah yang berusia ratusan tahun rentan mengalami kerusakan, karenanya upaya konservasi harus dilakukan dengan cermat. 

<p>Menjaga Artefak Dari Pengaruh Musim</p>
<p>Menjaga Artefak Dari Pengaruh Musim</p>

Sejumlah petugas melakukan konservasi terhadap benda-benda koleksi berbahan logam di laboratorium Museum NTB, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin (3/11/2025). ANTARA/HO-Museum NTB

JAKARTA - Di tengah anomali musim sebagai dampak dari krisis iklim global, membuat upaya konservasi terhadap berbagai peninggalan sejarah perlu dilakukan secara cermat dan tepat. Dengan usia yang sudah mencapai ratusan tahun, membuat artefak organik dan logam sekalipun berisiko mengalami kerusakan.

Kepala Museum NTB, Ahmad Nuralam mengatakan, tingkat kelembaban udara cenderung lebih tinggi selama musim penghujan, sehingga perawatan artefak harus dilakukan secara intensif.

"Kami punya banyak koleksi yang rentan rusak, seperti manuskrip, kain, dan berbagai peralatan yang terbuat dari logam serta kayu. Kegiatan konservasi rutin kami lakukan apalagi mendekati akhir tahun, hujan lebih sering turun," ujarnya.

Nuralam menuturkan petugas konservator saat ini berada di dalam laboratorium hampir setiap hari untuk memastikan semua benda dalam kondisi terlindungi dan terawat.

Aktivitas konservasi tidak hanya dilakukan terhadap benda-benda yang tersimpan di dalam gudang ataupun ruang pameran, tetapi juga benda koleksi yang berada di halaman Museum NTB.

Koleksi jangkar kapal dan meriam yang terbuat dari besi, serta arca lingga yoni berbahan batu merupakan koleksi yang terletak di halaman museum. Ragam koleksi itu lebih rentan rusak karena terpapar langsung dengan udara luar, hujan, dan sinar matahari.

"Bulan ini kami fokus ke benda berbahan logam terutama yang ada di luar ruangan," kata Nuralam, dikutip dari Antara.

Ragam aktivitas konservasi yang dilakukan Museum NTB, di antaranya menjaga kestabilan suhu ruangan agar artefak tidak ditumbuhi jamur atau berkarat, membersihkan artefak, dan melapisi dengan bahan pelindung.

Lebih lanjut pihaknya juga memastikan saluran air lancar dan tidak ada kebocoran bangunan. Menurutnya, bencana banjir yang melanda Kota Mataram pada 6 Juli 2025 menjadi pelajaran berharga bagi Museum NTB untuk selalu waspada menghadapi musim penghujan.

"Musim hujan kali ini tantangannya tambah berat karena beberapa bulan lalu Kota Mataram sempat banjir. Saat itu museum terdampak, tapi dengan kerja gotong royong akhirnya air tidak bisa masuk dan tidak menggenangi koleksi kami," katanya.

Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Nusa Tenggara Barat saat ini telah memasuki musim penghujan. Cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan angin kencang yang disertai petir berpotensi melanda selama sepekan ke depan.

BMKG menyebut ada empat faktor yang memicu curah hujan tinggi di wilayah Nusa Tenggara Barat, yakni fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang aktif dan kemunculan gelombang kelvin, sehingga berdampak terhadap peningkatan curah hujan.

Faktor pemicu lainnya adalah kemunculan sirkulasi siklonik di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa Timur yang membentuk pertemuan angin dan belokan angin di sekitar wilayah Nusa Tenggara Barat. Gerakan angin yang berputar tersebut menarik udara lembap dan membentuk awan, sehingga berpotensi menyebabkan hujan lebat.

BMKG menyatakan kelembapan udara yang cenderung basah di berbagai ketinggian serta labilitas atmosfer kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal turun menjadi pemicu curah hujan tinggi di Nusa Tenggara Barat.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar