c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

20 Juni 2025

17:22 WIB

Menilik Potensi Besar Dari Pendidikan Non-formal

Pendidikan non-formal penting untuk dipandang sebagai agian dari ekosistem pendidikan yang utuh. 

Penulis: Annisa Nur Jannah

<p>Menilik Potensi Besar Dari Pendidikan Non-formal</p>
<p>Menilik Potensi Besar Dari Pendidikan Non-formal</p>

Ilustrasi anak sedang beraktivitas mewarnai. Freepik

JAKARTA - Di tengah tuntutan akademik yang kian padat, banyak orang tua mulai mencari jalan alternatif untuk mendukung tumbuh kembang anak secara lebih seimbang. Salah satunya adalah dengan mendaftarkan anak ke berbagai kegiatan non-formal seperti les musik, kelas menggambar, atau sekolah modeling

Meski kerap dianggap sekadar kegiatan pengisi waktu luang, sesungguhnya pendidikan non-formal menyimpan potensi besar dalam membentuk karakter, kreativitas, dan keterampilan hidup anak. 

Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, menekankan pentingnya melihat pendidikan non-formal sebagai bagian dari ekosistem pendidikan yang utuh. 

Menurutnya, selama ini masih banyak masyarakat yang memisahkan secara kaku antara pendidikan formal dan non-formal, padahal keduanya bisa saling melengkapi.

“Jangan remehkan kegiatan seperti musik atau seni rupa. Itu bukan sekadar hobi, tapi wadah tumbuhnya kecerdasan-kecerdasan yang tidak selalu tersentuh oleh pendidikan formal,” ujar Ubaid kepada Validnews.

Ia menambahkan, sistem pendidikan formal di Indonesia masih cenderung fokus pada aspek kognitif dan pencapaian akademik. Padahal, anak-anak juga membutuhkan stimulasi di bidang sosial, emosional, motorik, hingga estetika.

Ubaid menjelaskan bahwa kegiatan seperti bermain musik bisa melatih koordinasi tangan dan mata, mengasah irama, serta meningkatkan kemampuan mendengarkan secara aktif. Semua hal ini sangat berperan dalam perkembangan otak dan kemampuan berpikir anak. 

"Ada banyak riset yang membuktikan bahwa anak yang belajar musik cenderung lebih mudah memahami pola, termasuk dalam pelajaran matematika dan bahasa,” jelasnya.

Sementara itu, kegiatan menggambar atau modeling bukan soal menghasilkan karya atau tampil di atas panggung. Aktivitas ini mengasah imajinasi, menstimulasi kemampuan visual-spasial, serta mendorong anak untuk berpikir simbolik dan solutif. 

"Kreativitas itu tidak muncul begitu saja. Ia perlu dilatih, diasah, dan diberi ruang untuk tumbuh. Pendidikan non-formal menyediakan ruang itu,” tambahnya.

Salah satu dampak yang paling terasa dari pendidikan non-formal adalah peningkatan kepercayaan diri. Ketika anak mampu tampil membawakan lagu di depan umum, menunjukkan hasil karyanya, atau berani berjalan di atas catwalk, ada proses internalisasi keberanian dan harga diri yang berkembang secara alami. 

"Rasa percaya diri yang tumbuh dari pengalaman-pengalaman seperti ini akan sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Anak jadi lebih percaya pada dirinya, lebih berani menyampaikan pendapat, dan lebih siap berinteraksi dengan lingkungan sosialnya,” kata Ubaid.

Lebih jauh, pendidikan non-formal juga menjadi wahana eksplorasi minat dan potensi anak yang mungkin tidak terlihat di ruang kelas. Tidak semua anak berbakat dalam bidang akademik. Ada yang justru bersinar ketika diberi ruang untuk bergerak, berekspresi, atau berkarya dengan tangan mereka sendiri.

“Setiap anak punya kekhasan masing-masing. Ada yang menonjol dalam seni, ada yang unggul dalam olahraga, ada juga yang piawai dalam public speaking. Sayangnya, sistem formal tidak selalu bisa mengakomodasi keragaman ini. Di sinilah pendidikan non-formal mengambil peran,” tuturnya.

Ia juga menekankan bahwa keterampilan yang diperoleh dari pendidikan non-formal sangat relevan jika anak memilih berkarier di bidang seni. Dan kreativitas dari dunia seni rupa dapat melahirkan inovator di berbagai bidang, mulai dari teknologi hingga bisnis.

Pendidikan non-formal menjadi pelengkap serta bagian penting dari proses pendidikan holistik yang manusiawi. Karena dalam dunia yang terus berubah, anak juga membutuhkan bekal hidup yang tak terukur angka seperti kepercayaan diri, keberanian mencoba, dan kemampuan untuk terus belajar dari berbagai pengalaman.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar