30 Januari 2025
10:23 WIB
Menilik Kaitan Menopause Dengan Kanker Serviks
Meskipun menopause bukan penyebab langsung kanker serviks, kondisi yang menyertainya dapat menjadi faktor dalam perkembangan dan deteksi kanker serviks.
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi human papillomavirus pada yang terletak pada permukaan kulit atau selaput lendir dan dapat menyebabkan kanker serviks. Shutterstock/Kateryna Kon |
JAKARTA - Kanker serviks disebabkan oleh infeksi persisten akibat human papillomavirus (HPV), yang menyebabkan pembentukan sel abnormal di leher rahim. Beberapa gejala umum kanker serviks meliputi perdarahan vagina, nyeri panggul, dan pembengkakan.
Di sisi lain, menopause menandai akhir dari masa reproduksi seorang wanita dan sering kali disertai dengan ketidakseimbangan hormon serta perubahan fisik.
Direktur Obstetri dan Ginekologi di CK Birla Hospital, Gurugram, Dr. Anjali Kumar menjelaskan, meskipun menopause bukan penyebab langsung kanker serviks, kondisi yang menyertainya dapat menjadi faktor dalam perkembangan dan deteksi kanker serviks.
"Memahami keterkaitan ini membantu meningkatkan kesadaran dan intervensi tepat waktu," ungkapnya, dikutip dari Antara.
Penurunan kadar estrogen selama menopause menyebabkan atrofi vagina dan penipisan epitel serviks. Akibat perubahan ini, leher rahim menjadi lebih sensitif terhadap infeksi, termasuk infeksi HPV yang merupakan penyebab utama kanker serviks.
"Gejala kanker serviks, seperti perdarahan tidak normal, bisa tersamarkan oleh gejala menopause yang umum, sehingga menghambat deteksi dan diagnosis dini," jelas Dr. Anjali Kumar.
Ada sejumlah faktor risiko yang menyertainya, yakni gaya hidup dan kesehatan. Dijelaskan, risiko semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Wanita pascamenopause memiliki sistem imun yang lebih lemah, sehingga sulit untuk melawan infeksi HPV.-
Kebiasaan merokok mempercepat perkembangan kanker serviks dengan merusak sel serviks secara fisik serta melemahkan respons imun. Selain itu, penggunaan kontrasepsi jangka Panjang, seperti pil kontrasepsi dalam jangka waktu lama memiliki risiko sedikit lebih tinggi terkena kanker serviks, bahkan setelah menopause.
Tips Pencegahan
Wanita pascamenopause harus tetap menjalani tes Pap smear dan HPV, sebagai skrining rutin. Wanita berusia 65 tahun atau lebih dengan riwayat hasil tes normal dapat berhenti melakukan skrining, tetapi hanya setelah mendapat persetujuan dokter.
Mengenali gejala. Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami perdarahan tidak normal, nyeri, atau keputihan yang mencurigakan, bahkan bertahun-tahun setelah menopause.
Gaya hidup sehat, seperti berhenti merokok, menjaga pola makan sehat, dan mengelola kesehatan secara keseluruhan dapat secara signifikan mengurangi risiko kanker serviks.