15 Agustus 2022
17:58 WIB
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Ghosting merupakan istilah yang telah populer sejak beberapa waktu lalu. Ghosting sendiri merupakan istilah yang merujuk pada perilaku seseorang yang menghilang dalam suatu bentuk relasi tanpa ada pemberitahuan sama sekali layaknya hantu. Istilah tersebut semakin marak muncul melalui aplikasi kencan, penggunaan media sosial, dan lainnya.
Meski begitu, ghosting bisa terjadi di mana saja, kapan saja, dan pada siapa saja. Tidak melulu soal hubungan yang romantis, tetapi juga bisa dalam hubungan pertemanan dan profesional.
Federal Reserve Bank di Chicago bahkan melaporkan kalau mereka banyak “di-ghosting” oleh karyawan mereka yang tiba-tiba berhenti bekerja dan tidak bisa dihubungi tanpa pemberitahuan sama sekali.
Selain itu, sebuah penelitian lain yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Personal Relationship (2018) menunjukkan kalau 1 dari 4 orang pernah di-ghosting oleh pasangan mereka dan 1 dari 5 orang pernah melakukan ghosting.
Ghosting yang paling sering ditemukan adalah dalam hubungan pertemanan. Setidaknya, 1 dari 3 partisipan melaporkan pernah di-ghosting dan meng-ghosting orang lain.
Pertanyaannya, kenapa orang melakukan ghosting?
Menurut Profesor Psikologi dari Winthrop University di Rock Hill, South Carolina Amerika Serikat, Tara Collins, ghosting merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh orang lain untuk mengakhiri hubungan mereka.
Perilaku ini juga sebenarnya sudah ada sejak lama, namun karena adanya teknologi dan media sosial sehingga membuat perilaku tersebut menjadi sangat jelas dan terasa dampaknya.
Ghosting sendiri disebut merupakan perpaduan dua taktik mengakhiri hubungan, yaitu menghindar dan komunikasi termediasi.
Kedua taktik tersebut memungkinkan seseorang untuk tiba-tiba mengurangi dan menghindari kontak dengan orang lain dan menggunakan pihak ketiga untuk mengutarakan keinginan mereka mengakhiri hubungan atau artinya tidak diungkapkan secara langsung.
"Ghosting adalah kombinasi dari teknik menghindar dan komunikasi termediasi. Anda menghindari bertemu dan berbicara dengan seseorang dan media sosial Anda adalah pihak ketiga yang mengatakan pada orang tersebut kalau Anda moved on," kata Collins dilansir dari LiveScience.
Meskipun belum ada penelitian dampak dari di-ghosting seseorang, tetapi banyak psikolog mengatakan kalau di-ghosting dapat memicu otak untuk merasakan rasa sakit fisik.
Beberapa penelitian juga melaporkan kalau ghosting merupakan cara yang paling menyakitkan dalam mengakhiri hubungan dan mereka lebih memilih untuk dikonfrontasi secara langsung.
Untuk itu, apabila di-ghosting oleh seseorang, Collins menyarankan agar seseorang untuk segera move on. Hindari melihat media sosial pelaku ghosting.
Jika sulit move on, Anda bisa juga mengonfrontasi pelaku ghosting dan mengatakan pada mereka kalau perilaku mereka tidak bisa diterima. Hindari juga untuk kembali berhubungan dengan pelaku ghosting, sebab dengan melakukan ghosting mereka telah menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam mengatasi konflik dengan cara yang sehat.