c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

18 September 2025

18:21 WIB

Mengubah Stigma Lama Perpustakaan Di Era AI

Di era digital dan AI, perpustakaan harus berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan, bukan lagi sekadar tempat membaca buku. 

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Mengubah Stigma Lama Perpustakaan Di Era AI</p>
<p>Mengubah Stigma Lama Perpustakaan Di Era AI</p>

Pengunjung memilih buku untuk dibaca di perpustakaan 'Baca di Tebet', Jakarta, Kamis (8/6/2023). Val idNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - Seiring dengan masifnya perkembangan dunia digital, ditambah dengan disrupsi kecerdasan buatan (AI) di semua lini kehidupan, muncul pertanyaan, masih relevenkah perpustakaan hari ini?

Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, E. Aminudin Aziz, menekankan pentingnya redefinisi peran perpustakaan dan pustakawan di tengah percepatan teknologi digital dan AI.

"Perpustakaan jangan sampai hanya hadir tanpa memberi makna. Ia harus menjadi ruang inovasi, kreativitas, dan pengembangan ilmu pengetahuan," kata Aminudin dalam keterangan resminya, Kamis (18/9).

Menurutnya, stigma lama tentang perpustakaan dan profesi pustakawan yang masih melekat sampai hari ini perlu diredefinisi. Perpustakaan harus menjadi ruang berkembangnya pusat ilmu pengetahuan, kreativitas, sekaligus ruang pemenuhan rasa ingin tahu masyarakat.

"Sering kali pustakawan dianggap orang yang pasif, hanya menunggu kunjungan, bahkan ditempatkan di perpustakaan seolah sebagai hukuman. Padahal, pustakawan sejatinya adalah pewaris khazanah peradaban dan fasilitator masa depan," ungkapnya.

"Mereka bukan manusia yang kehilangan kreativitas, melainkan ilmuwan dan profesional dengan misi mulia," lanjut Aminudin.

Karenanya, diharapkan Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) harus memastikan anggotanya berkembang menjadi profesional dengan kompetensi yang mumpuni. Harus menjadi wadah yang mengangkat martabat profesi pustakawan dan mandiri dalam mengembangkan organisasi.

Ketua Umum IPI, T. Syamsul Bahri mengingatkan, AI hadir bagaikan pedang bermata dua, karena menawarkan peluang besar, seperti akses informasi yang cepat dan cerdas, layanan personalisasi dan efisiensi. Namun, di sisi lain juga muncul seperti tantangan kompetensi, tantangan etika, tanggung jawab, dan tantangan relevansi profesi.

Syamsul menegaskan pustakawan harus hadir sebagai penjaga pengetahuan, penggerak literasi, dan pionir inovasi di tengah masyarakat.

"Kami berharap hasil kongres ini mampu melahirkan keputusan-keputusan strategis untuk memperkuat peran pustakawan di era digital, sehingga perpustakaan tetap relevan, inklusif, dan berdaya saing," ujar dia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar