c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

KULTURA

09 April 2024

14:54 WIB

Mengintip Kuliner Indonesia Dengan Nilai Buruk Di TasteAtlas

Mulai dari bubur campur khas Manado hingga lawar dari Bali, makanan ini mendapat skor rendah lantaran bahan baku, cara pengolahan, atau rasanya yang dinilai ‘tidak biasa’.

Penulis: Siti Nur Arifa

Editor: Rendi Widodo

<p>Mengintip Kuliner Indonesia Dengan Nilai Buruk Di TasteAtlas</p>
<p>Mengintip Kuliner Indonesia Dengan Nilai Buruk Di TasteAtlas</p>

Seporsi bubur Manado atau dikenal dengan nama lokal Tinutuan. Wikimedia/Midori

JAKARTA - Cukup banyak makanan tradisional Indonesia mulai dari hidangan berat hingga level street food yang diakui kenikmatannya dan masuk dalam jajaran makanan terbaik versi TasteAtlas. Tapi, rupanya ada juga beberapa kuliner Nusantara yang dinilai tidak cocok dengan lidah umum, hingga masuk dalam daftar makanan terburuk dunia.

Meski tidak masuk daftar 10 besar, namun dari 100 daftar makanan dengan nilai terburuk dunia yang dirilis TasteAtlas pada Sabtu (16/3) kemarin, ada 4 makanan Indonesia yang mendapat penilaian rendah, berikut ini daftarnya.

Tinutuan
Berada di peringkat 18 dengan skor 2,4, makanan tradisional asal Manado ini merupakan bubur yang terbuat dari campuran berbagai bahan baku, mulai dari beras, sayur, ikan, daging, sambal dan lainnya.

Lahirnya tinutuan sendiri diyakini berawal dari situasi kesulitan yang dihadapi masyarakat Manado pada zaman penjajahan Belanda dalam memperoleh makanan, sehingga mencampur berbagai jenis bahan baku yang ada.

Meski telah menjadi makanan tradisional yang disukai masyarakat lokal, namun nampaknya penggunaan banyak bahan baku yang membuat makanan ini jauh dari kesan ‘bubur’ yang umumnya bercita rasa ringan diyakini menjadi alasan Tinutuan tidak begitu digemari secara universal.

Nasi Jagung
Berada di peringkat 31, nasi jagung yang memperoleh skor 2,5 sebenarnya merupakan hidangan nasi tradisional yang dibuat dengan kombinasi nasi, biji jagung manis, dan air. Dalam pembuatannya, beras dan jagung direbus dalam air dan diaduk sesekali hingga jagung matang sempurna dan nasi menjadi kering sekaligus mengembang.

Umum dijumpai di wilayah Jawa Timur, nasi jagung biasanya disajikan selagi masih panas setelah lebih dulu diaduk rata.

Nasi jagung dinilai kurang bisa dinikmati secara umum lantaran awal mulanya makanan ini muncul sebagai makanan pokok di daerah yang berasnya sulit didapat atau mahal, sehingga jagung digunakan untuk menambah curah pada nasi. Selain itu, pada versi aslinya jagung yang digunakan adalah jagung tua sehingga dirasa kurang nikmat dinikmati dengan nasi.

Lawar
Di samping sate lilit, ayam betutu, sambal matah, dan makanan tradisional Bali lainnya yang populer di kalangan wisatawan mancanegara, ternyata lawar jadi salah satu hidangan yang kurang digemari.

Berada di peringkat ke-38 makanan terburuk dengan memperoleh skor 2,6, lawar merupakan ‘urap’ versi Bali yang mencampurkan berbagai jenis sayur dan daging cincang yang dibumbui secara merata dengan parutan kelapa dan bumbu khas Bali.

Hal yang membuat lawar kurang digemari nampaknya disebabkan karena dalam versi aslinya, lawar menggunakan daging hingga jeroan mentah entah itu ikan atau ayam, terutama babi. Terlebih lagi, pada versi yang lebih autentik, lawar juga dibuat dengan campuran darah babi yang menjadi bagian dari bumbu rempah.

Acar Kuning
Menjadi makanan terakhir dari Indonesia yang masuk dalam daftar terburuk TasteAtlas, acar kuning yang berada di posisi ke-50 merupakan makanan tradisional khas Maluku yang terbuat dari bahan baku kombinasi mentimun, wortel, cabai rawit, cuka, air, minyak, gula, garam, kemiri, bubuk kunyit, bawang merah, dan bawang putih.

Dalam proses pembuatannya, wortel, timun, dan cabai dipotong memanjang, kemudian dicampur dengan bumbu goreng dan air lalu dimasak hingga sayur empuk. Acar kuning secara tradisional disajikan sebagai lauk dari makanan yang tak kalah populer yakni nasi kuning.

Warna kuning dan cita rasa rempah yang berasal dari kunyit tampaknya menjadi salah satu alasan makanan ini kurang digemari secara global, lantaran berbeda dengan cita rasa acar pada umumnya yang memiliki rasa lebih ringan dan segar.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar