30 Mei 2022
16:48 WIB
Penulis: Gema Bayu Samudra
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Sebagai kota metropolitan, wajah Jakarta telah berubah menjadi multi etnis. Akulturasi budaya terjadi di banyak sektor. Bahkan, kebudayaan Betawi sebagai "tuan rumah" semakin jarang muncul ke permukaan.
Seperti halnya rumah panggung Betawi yang keberadaannya semakin langka. Jika penasaran seperti apa bentuknya, salah satu rumah panggung asli Betawi ini bisa dijumpai di Kampung Pulo Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
Yang membuatnya jadi istimewa, konon rumah ini dulunya milik sang jawara Betawi, Si Pitung. Pemilik nama asli Ahmad Nitikusumah, dijuluki sebagai Robinhood-nya Betawi. Sosok legendaris Betawi ini piawai bela diri dan ditakuti Belanda.
Beliau pandai dalam merampas dan merampok harta konglomerat-konglomerat yang berkomplot dengan Belanda. Lantas, harta rampasan itu diberikan kepada orang-orang kecil dan warga miskin.
Baca juga: Sejarah Roti Gambang, Kuliner Khas Betawi
Terlepas dari cerita sejarahnya yang melegenda, ternyata peninggalan rumah Si Pitung juga masih eksis hingga hari ini. Saking langkanya rumah asli Betawi yang berbentuk panggung tersebut, melansir laman utara.jakarta.go.id, Pemerintah DKI Jakarta menjadikannya sebagai Cagar Budaya dan objek wisata di pesisir.
Rumah yang telah menjadi Cagar Budaya ini berdiri diatas lahan 700m2 dan diperkirakan dibangun pada awal abad ke-19. Rumah ini didominasi oleh warna merah delima dan coklat.
Kalau melihat bangunan yang sekarang, rumah Si Pitung memiliki 3 bangunan. Pertama rumah Si Pitung dan dua bangunan lainnya di fungsikan sebagai toilet, mushola dan tempat berdagang.
Saat memasuki rumah Si Pitung, terdapat beberapa ruangan. Bagian depan adalah beranda, bagian dalam ada kamar tidur, ruang tamu, ruang tengah dan ruang makan yang lumayan luas. Terdapat juga peninggalan barang-barang, namun tidak banyak. Seperti dua buah lemari, sebuah meja makan dan tiga buah bangku.3
Baca juga: Mengintip Sehatnya Nasi Goreng Daun Mengkudu Betawi
Untuk lantainya, menggunakan bilah-bilah bambu, namun setelah adanya pemugaran diganti menjadi dengan bahan dasar kayu. Pemugaran lainnya dilakukan pada gerbang dan pagar yang mengelilingi rumah Si Pitung.
Walau terjadi beberapa kali pemugaran, rumah asli Si Pitung tetap dijaga keasliannya. Mengutip buku "Rumah Etnik Betawi" karya Doni Swadarma dan Yunus Aryanto, model asli rumah panggung tetap dipertahankan sebagaimana rumah yang ada di pesisir yang berfungsi untuk menghindari rob atau luapan air laut.
Dengan ciri khasnya sebagai rumah pesisir, terdapat tiang-tiang rumah atau disebut sebagai kolom. Rumah Si Pitung memiliki 40 buah kolom sebagai penopang rumah panggungnya dan ada juga sebuah tangga. Tangga ini memiliki motif tumbuhan, motif ini dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu.
Kebudayaan lain seperti Arab, China, Belanda, Sunda dan Jawa juga turut mempengaruhi dan menyatu dalam rumah panggung Betawi. Mulai dari jendela, pintu, dinding, pagar pembatas, lisplang, konsol dan atap.
Sejatinya rumah betawi yang ada sekarang merupakan hasil akulturasi budaya yang terbentuk menjadi satu kesatuan yang utuh, tanpa menghilang kebudayaan yang lainnya. Hal ini membuktikan bahwa rumah Betawi menjadi simbol persatuan dan kekayaan budaya yang dimiliki Suku Betawi.