17 September 2022
14:14 WIB
Penulis: Mahareta Iqbal
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Sutradara, penulis skenario, dan produser berkebangsaan Prancis, Jean-Luc Godard, berpulang pada hari Selasa (13/9) lalu, di kediamannya di Rolle, Swiss. Godard berpulang dalam usia 91 tahun.
Godard adalah seorang sutradara yang inovatif, berani dengan penggunaan kamera yang tidak konvensional, hingga gaya naratif yang "jump cut" serta eksistensial. Dia mampu mengubah arah pembuatan film pada tahun 1960-an khususnya di Prancis.
Jean-Luc Godard lahir pada 3 Desember 1930, di Paris, anak kedua dari empat bersaudara dalam keluarga Protestan yang sangat kaya. Ayahnya, Paul-Jean, adalah seorang dokter terkemuka, dan ibunya, Odile Monod, adalah putri seorang bankir Swiss terkemuka. Mereka sekeluarga sempat pindah ke Swiss sebelum akhirnya kembali ke Prancis pasca Perang Dunia II.
Dilansir dari nytimes.com, penasihat hukum lamanya, Patrick Jeanneret mengatakan, Godard meninggal karena bunuh diri yang dibantu setelah menderita beberapa patologi yang melumpuhkan. Hal demikian sesungguhnya legal di Swiss.
"Dia tidak bisa hidup seperti Anda dan saya, jadi dia memutuskan dengan sangat jelas, seperti yang dia miliki sepanjang hidupnya, untuk mengatakan, 'Sekarang, sudah cukup,'. Godard ingin mati dengan bermartabat dan itulah tepatnya yang dia lakukan," kata Jeanneret.
Di dalam dunia perfilman, Godard tidak pernah lelah membongkar bentuk-bentuk yang sudah mapan dan menyusunnya kembali dengan cara yang selalu segar, sering kali jenaka, kadang-kadang sulit dipahami tetapi secara konsisten "merangsang".
Ketika film panjang pertamanya sebagai sutradara yang berjudul “Breathless” dirilis pada tahun 1960, Godard bergabung dengan beberapa rekannya di Cahiers dalam sebuah gerakan yang oleh pers Prancis diberi label la Nouvelle Vague atau New Wave. Di antaranya juga terlibat Francois Truffaut, Claude Chabrol, Jacques Rivette dan Eric Rohmer.
Mereka semua mulanya penulis, kritikus film yang kemudian menciptakan French New Wave, lalu dengan cepat menyebar ke seluruh dunia hingga sekarang.
Kala itu "tradisi kualitas" diwakili oleh sinema Prancis yang mapan adalah jalan buntu estetika. Bagi Godard dkk, itu dipengaruhi sastra (berfokus pada cerita) dan visual yang kosong dari keahlian yang harus ditaklukkan untuk memberi ruang bagi bioskop baru dan film baru yang muncul dari kepribadian dan kesukaan sutradara.
Meskipun "Breathless" bukanlah film New Wave pertama ("Beau Serge" tahun 1958 karya Chabrol dan "400 Blows" tahun 1959 karya Truffaut mendahuluinya), film ini menjadi perwakilan dari gerakan New Wave tersebut.
Godard muda sering membenamkan dirinya di bioskop, menghabiskan sebagain besar waktunya di Cinematheque Francaise, ruang arsip dan pemutaran film nirlaba. Di sanalah ia berkenalan dengan Andre Bazin, kritikus dan ahli teori film yang berpengaruh.
Di sana juga Godard bertemu dengan rekan-rekannya yang saling membahu dalam mendobrak sinema Prancis lewat French New Wave. Di antara rekan-rekannya, Godard lah yang paling produktif dalam membuat film-film pendek dan panjang yang lebih setengah abad dari tahun 1950-an.
Selamat jalan, Godard. Selamat jalan simbol French New Wave.