c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

03 Juni 2023

12:16 WIB

Mengenal Sejarah All U Can Eat, Makan Sepuasnya Dengan Satu Harga

Konsep makan sepuasnya atau all you can eat sudah ada sejak abad 16 bermula si Swedia. Berikut sejarah dan awal mula munculnya model pelayanan makan ini.

Penulis: Mahareta Iqbal

Editor: Satrio Wicaksono

Mengenal Sejarah All U Can Eat, Makan Sepuasnya Dengan Satu Harga
Mengenal Sejarah All U Can Eat, Makan Sepuasnya Dengan Satu Harga
Ilustrasi makan banyak. Freepik

JAKARTA - Konsep All You Can Eat (AYCE) atau yang lebih dikenal dengan 'makan sepuasnya', adalah model pelayanan makanan di mana pelanggan diberi kebebasan untuk mengonsumsi makanan sebanyak yang mereka inginkan dengan harga tetap. Konsep ini telah ada dalam berbagai bentuk di sepanjang sejarah dengan variasi yang berbeda di tiap budaya dan zaman.

Ide di balik konsep ini adalah memberikan pengalaman makan yang melimpah dan memungkinkan pelanggan untuk mencoba berbagai hidangan tanpa batasan jumlah.

Meski pelanggan dibebaskan makan sebanyak yang mereka mau, restoran AYCE punya beberapa peraturan khusus yang perlu diketahui, yakni adanya batas waktu yang diberikan. Contohnya, kalian hanya boleh bersantap di sana selama 1 jam saja.

Selain itu, ada beberapa peraturan lainnya seperti tidak boleh menyisakan makanan karena akan dikenakan biaya tambahan, tidak boleh membawa pulang makanan dan lain sebagainya.

Di Indonesia sendiri ada banyak sekali restoran AYCE yang bisa kalian datangi, mulai dari restoran dengan menu makanan Jepang, Korea, Barat hingga Indonesia.

Lalu, dari mana mulanya tren restoran AYCE ini berasal?

Baca juga: Rekam Sejarah Kuliner Ayam Taliwang

Sejarah All You Can Eat 

Dilansir dari laman Pergi Kuliner, menurut sejarahnya, konsep makan AYCE ini sudah ada sejak abad ke-16. Hal ini dibuktikan dengan kemunculan konsep makan sepuasnya ala prasmanan yang ada di Swedia.

Pada waktu itu, orang Swedia akan menyambut tamu yang akan datang ke sebuah pesta besar. Agar tidak kerepotan, mereka berinisiatif dengan menyusun semua makanan di atas meja dan menyediakan tumpukan piring kosong untuk para tamu mengambil makanan tersebut.

Konsep prasmanan ini disebut oleh masyarakat Swedia dengan nama brannvinsboard. Aneka makanan yang tersaji adalah roti, mentega, keju, ikan, daging, hingga buah-buahan.

Kemudian pada abad ke-18, masyarakat Swedia mengganti sebutan konsep makan tersebut dengan nama ‘smorgasboard’ untuk sajian makan malam para tamu yang datang dari berbagai negara. Menu yang disajikan lebih beragam agar tamu memiliki banyak pilihan makanan.

Nah, konsep AYCE ini semakin populer pasca Olimpiade Stockholm (Olympiche Spiele) yang digelar pada 1912 dan dihadiri oleh banyak peserta dari berbagai dunia. Dikarenakan banyaknya orang yang datang dari berbagai negara di dunia, konsep AYCE pun diadopsi oleh banyak negara, khususnya di bidang restoran yang kemudian penyebarannya semakin meluas.

Meskipun konsep AYCE secara garis besar diikuti oleh banyak restoran, tetapi tetap saja ada perbedaan yang menyesuaikan dengan ketentuan tiap-tiap restoran, seperti biaya denda yang dikenakan kalau makanannya bersisa, waktu makan yang berbeda hingga peraturan tambahan lainnya.

Baca juga: "Nasi Kotak", Tren Resepsi di Masa Pandemi

Nah, selain Swedia, konsep "all you can eat" ternyata juga memiliki akar yang berbeda di berbagai budaya. Di Jepang, misalnya, terdapat tradisi makan "tabehodai" yang mirip dengan "all you can eat".

Pada masa lalu, terdapat juga praktek makan bersama dalam acara-acara masyarakat di berbagai budaya di seluruh dunia, di mana orang-orang berkumpul dan berbagi makanan secara melimpah.

Namun, "all you can eat" dalam bentuk modernnya pertama kali populer di Amerika Serikat pada pertengahan abad ke-20. Konsep ini diadopsi oleh restoran-restoran buffet yang menyajikan berbagai hidangan dalam jumlah yang melimpah kepada pelanggan dengan harga tetap.

Restoran buffet pertama yang terkenal adalah "Horn & Hardart Automat" yang didirikan di Philadelphia pada tahun 1902. Restoran ini menyediakan makanan dalam kotak-kotak yang dapat dipilih dan dibayar menggunakan koin.

Seiring berjalannya waktu, restoran buffet mulai bermunculan di berbagai belahan dunia dan menjadi populer di berbagai negara.

Baca juga: Ong Hok Ham, Makna Kuliner dan Sejarah Populer

Di samping itu, konsep "all you can eat" juga telah berkembang menjadi lebih beragam. Tidak hanya terbatas pada restoran buffet tetapi juga diterapkan dalam berbagai jenis restoran seperti restoran sushi, restoran barbeque, restoran makanan Tionghoa dan banyak lagi.

Namun, penting untuk dicatat bahwa konsep "all you can eat" juga memiliki tantangan dan dampak negatif. Beberapa masalah yang sering muncul adalah pemborosan makanan, kelebihan limbah makanan dan penurunan kualitas makanan.

Oleh sebab itulah akhirnya banyak restoran "all you can eat" mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini dengan membatasi waktu makan, mengenakan biaya tambahan jika makanan tidak habis atau meningkatkan pengawasan untuk mencegah pemborosan.

Meskipun memiliki keuntungan dan kelemahan, konsep ini tetap menjadi populer di industri makanan modern dan terus berkembang hingga sekarang.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar