13 Desember 2023
16:32 WIB
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA – Berbagai upaya dilakukan untuk konservasi Candi Borobudur, mulai dari pembatasan kunjungan kawasan hingga pembatasan jumlah pengunjung menaiki area stupa atau atas candi.
Seperti diketahui, saat ini kunjungan ke candi Borobudur sendiri dibatasi menjadi 4.000 orang di area pelataran, dan hanya 1.000 orang yang bisa naik ke area stupa di atas candi. Pembatasan ini dilakukan untuk meminimalisir dampak kerusakan candi yang semakin rentan, salah satunya dalam bentuk struktur bebatuan candi yang mengalami keausan.
Tak hanya pembatasan jumlah pengunjung, wisatawan yang ingin naik ke puncak candi pun diwajibkan memakai sandal khusus, yakni sandal upanat. Pemilihan kata ‘Upanat’ yang memiliki arti alas kaki merupakan aktualisasi dari Relief Karmawibhangga panel 150 pada Candi Borobudur.
Mengenal Upanat
Penetapan kebijakan dalam penggunaan sandal upanat ini sendiri nyatanya telah melalui uji coba dan kajian khusus oleh Balai Konservasi Borobudur sebagai unit pelaksana teknis (UPT) di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Brahmantara selaku Pengkaji Pelestari Balai Konservasi Borobudur, melakukan sebuah kajian mengenai sandal khusus yang bertujuan untuk mendapatkan prototipe alas kaki (sandal) yang memenuhi kriteria durability, ergonomi, dan keselarasan visual (DEKS).
Di mana metode penelitian kajian dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap uji laboratorium untuk melakukan uji terhadap beberapa sampel material alas kaki dan tahap pembuatan sandal khusus.
“Awalnya kita mendesain beberapa bentuk. Setelah melalui beberapa literasi bentuk, ternyata ada relief di Candi Borobudur, tepatnya Relief Karmawibhangga nomor 150 tentang alas kaki itu. Maka bentuk sandal ini sama dengan bentuk di panel 150 dan disebut sebagai upanat yang berarti alas kaki,” ujar Brahmantara, dikutip dari laman resmi Kemdikbudristek.
Dari hasil kajian Brahmantara, sandal upanat yang terbuat dari anyaman daun pandan dapat digunakan sebagai sandal khusus untuk naik ke bagian atas candi, dan dapat berpengaruh pada upaya mencegah peningkatan tingkat keausan batu candi, khususnya pada bagian batu tangga dan batu lantai.
Dari hasil uji gesekan, diketahui bahwa jenis material bahan spon ati dengan tingkat kekerasan yang lebih rendah dibandingkan jenis spon batu, mempunyai dampak keausan yang rendah.
Masih menurut penjelasan Brahmantara, uji coba sandal upanat sudah dilakukan beberapa kali selama proses penelitian dan lokakarya (workshop). Adapun uji coba terakhir dilakukan bersamaan dengan uji coba travel pattern rencana pembukaan untuk naik ke Candi Borobudur.
Travel pattern yang dimaksud adalah pembuatan jalur-jalur kunjungan ke Candi Borobudur dan potensi wisata di sekitarnya. Jalur ini dibuat dengan tujuan agar kunjungan masyarakat ke Candi Borobudur bisa lebih terarah dan tematik, misalnya mengenai cerita kehidupan maritim atau cerita flora dari relief Candi Borobudur.
Sehingga, wisatawan yang naik ke area atas Candi tidak sembarangan mengeksplor tanpa arah, melainkan mengikuti jalur yang sudah dibuat sembari mendapatkan penjelasan dari setiap relief candi yang ada.
“Hasil uji coba beberapa kali, setelah penyesuaian dimensi, jarak tali, dan lain-lain, uji coba terakhir hampir semua pengunjung merasakan nyaman dan enak digunakan,” papar Brahmantara.