c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

02 Desember 2024

18:36 WIB

Mengenal Prosedur TKR Sebagai Salah Satu Penanganan Osteoartritis

TKR merupakan opsi terakhir bagi pasien osteoartritis yang gejalanya sudah parah dan tidak dapat lagi diatasi dengan obat-obatan atau terapi fisik.

Editor: Rendi Widodo

<p>Mengenal Prosedur TKR Sebagai Salah Satu Penanganan Osteoartritis</p>
<p>Mengenal Prosedur TKR Sebagai Salah Satu Penanganan Osteoartritis</p>

Ilustrasi lutus. Pixabay

JAKARTA - Penggantian sendi lutut total atau yang sering lebih dikenal dengan TKR (Total Knee Replacement) merupakan salah satu opsi penanganan osteoartritis pada pasien berusia lanjut. TKR adalah prosedur bedah mengganti sendi lutut yang rusak akibat osteoartritis dengan protesa atau implan buatan.

Prosedur bedah itu utamanya ditujukan untuk mengurangi rasa sakit akibat kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi lutut agar pasien dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Prosedur penggantian sendi lutut total direkomendasikan dilakukan kalau penanganan pasien menggunakan obat-obatan, fisioterapi, atau injeksi dinilai kurang efektif.

"TKR merupakan opsi terakhir bagi pasien osteoartritis yang gejalanya sudah parah dan tidak dapat lagi diatasi dengan obat-obatan atau terapi fisik," kata dokter spesialis ortopedi di Rumah Sakit Siloam Mampang Prof. Andri Lubis dikutip dari Antara, Senin (2/12).

Prosedur penggantian sendi lutut total disarankan bagi pasien berusia di atas usia 65 tahun yang mengalami penurunan kualitas hidup signifikan akibat nyeri lutut kronis.

"Pada pasien di bawah usia 65 tahun, TKR adalah pilihan terakhir, mengingat risiko jangka panjang dan kemungkinan perlu dilakukan prosedur ulang setelah beberapa tahun," katanya.

Pada pasien osteoartritis yang lebih muda, pendekatan non-bedah atau prosedur alternatif lebih diutamakan. Salah satu elemen penting dalam prosedur TKR adalah pemilihan jenis anestesi. Anestesi spinal atau epidural sering dipilih karena dapat memberikan kenyamanan lebih bagi pasien selama dan setelah operasi.

"Anestesi spinal epidural memastikan obat-obatan dapat terus masuk ke tubuh secara berkelanjutan, yang membantu mengurangi rasa sakit pascaoperasi dan meningkatkan kenyamanan pasien," kata Prof. Andri.

Di samping itu, penggunaan jenis anestesi ini dapat mengurangi risiko komplikasi terkait anestesi umum seperti gangguan pernapasan.

Sebagaimana prosedur bedah lainnya, pelaksanaan TKR juga berisiko. Risiko utamanya adalah infeksi dan masalah terkait pembekuan darah seperti Deep Vein Thrombosis (DVT) dan emboli paru-paru.

Guna meminimalkan risiko infeksi dan komplikasi lainnya, pasien harus menjaga kebersihan dengan seksama sebelum operasi. Pemantauan pascaoperasi ketat juga diperlukan untuk mengurangi kemungkinan terjadi pembekuan darah.

"Kami berupaya meminimalkan risiko tersebut dengan berbagai langkah pencegahan yang ketat, baik selama prosedur maupun setelahnya," kata Prof. Andri.

Penerapan prosedur TKR dapat membantu memperbaiki kualitas hidup pasien karena bisa mengurangi rasa sakit dan memberi pasien kesempatan untuk bergerak lebih bebas, bahkan berolahraga, dengan lebih nyaman.

"Setelah operasi, sebagian besar pasien melaporkan penurunan rasa sakit, serta kemampuan untuk kembali melakukan aktivitas yang sebelumnya tidak bisa dilakukan karena rasa sakit," kata Prof. Andri.

Menurut dia, penerapan prosedur tersebut juga dapat meningkatkan fungsi lutut dan memungkinkan pasien kembali bekerja dan berinteraksi tanpa rasa sakit yang mengganggu.

Kendati demikian, proses pemulihan setelah pelaksanaan prosedur bedah tersebut membutuhkan waktu dan fisioterapi intensif. Pemulihan setelah prosedur operasi penggantian sendi lutut total sangat bergantung pada fisioterapi yang dilakukan selama beberapa bulan pertama pascaoperasi.

Fisioterapi pascaoperasi mencakup latihan untuk menguatkan otot-otot sekitar lutut dan meningkatkan kelenturan sendi agar pasien dapat kembali bergerak secara lebih lancar dan tanpa rasa sakit.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar