15 Desember 2023
16:59 WIB
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA – Tahapan Pemilu sudah memasuki masa kampanye yang dijadwalkan berlangsung hingga 10 Februari 2024 mendatang. Di tengah tingginya euforia pesta demokrasi, tak dimungkiri ada beberapa industri yang mengkhawatirkan dampak negatif, salah satunya sub-industri pariwisata yakni industri MICE atau kegiatan pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran.
Kekhawatiran yang dimaksud adalah akan adanya imbas Pemilu 2024 terhadap dinamika MICE yang meliputi perizinan, anggaran pengadaan acara yang berkurang, dan pihak swasta yang disebut cenderung menahan diri pada tahun politik.
Menanggapi kekhawatiran tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan, para pelaku industri MICE tidak perlu khawatir, lantaran kondisi yang terjadi sudah menjadi bagian dari proses demokrasi yang perlu dihadapi.
“Justru dengan adanya dua putaran lebih banyak kegiatan, dan tentunya kegiatan politik itu semuanya diadakan di industri MICE, baik di hotel, gedung pertemuan, dan lain sebagainya,” ujar Sandi, di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin, (11/12).
Mendorong Wisata Demokrasi
Lebih lanjut, peluang pariwisata dari adanya momen pemilu yang juga sempat direncanakan oleh Kemenparekraf sebelumnya juga muncul dalam bentuk ide wisata demokrasi, atau wisata pemilu.
Mengutip Reuters, wisata demokrasi atau wisata pemilu merupakan sebuah konsep paket wisata yang ditawarkan untuk kalangan tertentu, yang menggabungkan tamasya tradisional dan akses ke kampanye politik. Dalam paket tersebut, para wisatawan diajak untuk mengunjungi kampanye politik di setiap daerah dan berinteraksi dengan politisi lokal.
Bukan hal baru, contoh tingginya peminat konsep wisata demokrasi sendiri dapat dilihat dari keberhasilan yang terjadi di India pada tahun 2012 lalu, di mana saat itu, paket wisata yang berlangsung dalam kurun waktu satu minggu telah berhasil dipesan oleh sebanyak 3.500 peminat.
Sementara untuk di Indonesia, secara spesifik Sandi menyebut bahwa nantinya pake wisata demokrasi akan diberikan untuk kalangan wartawan dunia dari berbagai negara, serta peneliti.
“Kita sudah dapat permintaan dari beberapa wartawan juga dari beberapa peneliti ingin datang ke Indonesia untuk mengamati proses demokrasi kita. Ini bagian dari wisata demokrasi. Kami berharap 500-1.000 lebih jumlah orang yang akan datang ke Indonesia untuk memantau demokrasi kita,” paparnya lagi.
Lebih detail, adapun Sandi memastikan paket wisata demokrasi ini akan semaksimal mungkin dimanfaatkan untuk memperkenalkan sejumlah destinasi terutama yang berada di desa-desa wisata, sehingga para wartawan atau peneliti mancanegara selain memantau demokrasi yang berjalan juga dapat mengenal destinasi dan desa wisata di Indonesia lebih dalam.