19 September 2024
15:15 WIB
Mengenal Konsep Green Building, Era Baru Hunian Sehat Berkelanjutan
Penerapan prinsip green building tidak hanya melibatkan desain dan material bangunan yang ramah lingkungan tetapi juga mencakup keseluruhan siklus hidup produk bahan bangunan.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Rendi Widodo
Sesi diskusi Healthy Living with Green Architecture di Jakarta. Dok. Semen Merah Putih
JAKARTA - Perubahan iklim global yang terjadi selama ini telah memberikan dampak signifikan pada berbagai sektor kehidupan, termasuk perumahan. Krisis iklim ini memengaruhi banyak aspek, mulai dari kualitas lingkungan hingga kestabilan infrastruktur perumahan.
Untuk mengatasi dampak ini, Ichfan Kurniawan, Riset & Manager Green Building Council Indonesia (GBCI) menjelaskan bahwa konsep green building atau bangunan hijau berperan sentral dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup penghuni bangunan.
“Bangunan hijau berkontribusi besar dalam mengurangi emisi karbon melalui penerapan desain ramah lingkungan dan material konstruksi yang berkelanjutan," ujar Ichfan dalam diskusi "Healthy Living with Green Architecture" di Jakarta, Rabu (18/9).
Menurutnya, green building harus dilihat sebagai sistem yang terintegrasi, di mana setiap elemen, mulai dari desain arsitektur, pemilihan material hingga pengelolaan bangunan, saling mendukung untuk mencapai keberlanjutan jangka panjang.
Fungsi pasif bangunan ini berfokus pada desain bangunan yang harmonis dengan alam. Desain ini tidak hanya mempertimbangkan aspek estetika, namun juga memperhatikan faktor-faktor seperti pencahayaan alami, ventilasi, dan pemilihan material yang ramah lingkungan.
Dengan demikian, bangunan tidak hanya nyaman ditempati, tetapi juga minim dampak terhadap lingkungan. Ada dua pilar fungsi bangunan hijau.
Pertama, arsitektur hijau mengupayakan fungsi pasif bangunan yang dihasilkan dari desain dan struktur bangunan. Pilar kedua, arsitektur hijau mengupayakan fungsi bangunan yang aktif meningkatkan kualitas pengelolaan berbagai aspek bangunan.
“Fungsi pasif maupun aktif dari bangunan, keduanya didasari pada tiga aspek. Pertama, aspek sosial yang mencakup kecocokan selera dan kepuasan pengguna atau penghuni bangunan. Aspek kedua adalah budget. Aspek ini mewakili optimalisasi biaya mulai dari saat pembangunan, penggunaan hingga perawatannya. Terakhir, aspek environment atau lingkungan. Aspek ini mengacu kepada menjaga dan memelihara keseimbangan lingkungan, khususnya pada iklim tropis seperti di Indonesia,” jelasnya.
Penerapan prinsip green building tidak hanya melibatkan desain dan material bangunan yang ramah lingkungan tetapi juga mencakup keseluruhan siklus hidup produk bahan bangunan dari hulu ke hilir. Salah satunya inovasi material ramah lingkungan yang dimiliki semen Merah Putih.
Menurut Syarif Hidayat, Head of Technical Marketing Semen Merah Putih, salah satu produk unggulannya, Watershield, merupakan semen dengan teknologi water repellent yang dirancang untuk mengurangi kebutuhan material tambahan seperti bahan anti rembes.
"Teknologi ini memungkinkan bangunan bebas dari masalah kelembaban dan rembesan air, sehingga tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga mempercepat proses konstruksi," ungkap Syarif.
Watershield adalah contoh nyata bagaimana kita berkontribusi pada keberlanjutan secara aktif. Dengan teknologi water repellent, semen ini tidak memerlukan material tambahan anti rembes yang secara langsung menghemat waktu dan biaya dalam proses aplikasinya.
"Ini merupakan langkah besar dalam mendukung efisiensi konstruksi yang lebih berkelanjutan” tambahnya.
Syarif mengungkapkan sebagai bentuk dukungan terhadap prinsip bangunan dan arsitektur hijau, pihaknya tidak hanya memberikan solusi dalam hal performa, tetapi juga dalam hal jejak karbon.
"Sebagai semen PCC, produk ini memiliki jejak karbon yang lebih rendah dibandingkan semen OPC, menjadikannya pilihan yang lebih ramah lingkungan," pungkasnya.