c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

13 Januari 2024

09:06 WIB

Mengenal Erotomania, Saat Seseorang Berhalusinasi Merasa Dicintai

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi erotomania cenderung lebih umum terjadi pada wanita daripada pria.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Rendi Widodo

Mengenal Erotomania, Saat Seseorang Berhalusinasi Merasa Dicintai
Mengenal Erotomania, Saat Seseorang Berhalusinasi Merasa Dicintai
Ilustrasi orang dalam kondisi delusi. Unsplash

JAKARTA - Mungkin sebagian orang masih kurang familiar dengan kondisi mental yang disebut erotomania. Namun, nyatanya kondisi ini bisa saja dialami tanpa sadar oleh orang-orang di sekitar kita.

Melansir laman National Library of Medicine, erotomania adalah bentuk gangguan delusi di mana seseorang meyakini bahwa orang lain jatuh cinta kepadanya. Delusi sendiri merupakan masalah kesehatan mental, di mana penderitanya tidak dapat membedakan kenyataan dengan imajinasi.

Kondisi ini terbilang relatif jarang terjadi meski kejadiannya tidak diketahui secara pasti, prevalensi seumur hidup dari gangguan delusi secara umum diperkirakan sekitar 0,2%.

Sementara itu, melansir laman Verywell Mind, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi tersebut cenderung lebih umum pada wanita daripada pria.

"Sulit untuk memperkirakan seberapa sering ini terjadi, tetapi studi menunjukkan bahwa gangguan delusi, secara umum memengaruhi sekitar 15 dari setiap 100.000 orang per tahun, dengan wanita tiga kali lebih mungkin daripada pria untuk didiagnosis," kata Gary Tucker, seorang psikoterapis berlisensi.

Objek kasih sayang delusi dari kondisi erotomania biasanya menargetkan seseorang yang berada dalam posisi menonjol seperti selebritas atau tokoh terkenal lainnya. Penderitanya meyakini bahwa orang terkenal tersebut memiliki perasaan cinta terhadap mereka, meskipun kenyataannya tidak demikian.

Erotomania dapat sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari karena sifat obsesif dari kondisi tersebut. Hal ini bisa berdampak pada hubungan interpersonal, kinerja pekerjaan, dan kesejahteraan mental secara keseluruhan.

Bahkan, dalam kasus yang lebih serius, perilaku ini dapat menyebabkan tuduhan penguntitan atau pelecehan. Selain itu, seseorang yang mengalami erotomania mungkin cenderung menyakiti diri sendiri saat disadari bahwa keyakinannya tidak benar.

Cara Mengatasi Gangguan Erotomonia
Erotomania dikategorikan di bawah Gangguan Delusi dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5). Menurut DSM-5, kondisi ini merupakan salah satu bentuk gangguan delusi yang menghadirkan keyakinan yang tidak benar terkait perasaan cinta yang kuat dari orang lain terhadap penderitanya.

Tucker menjelaskan hingga saat ini belum ada obat yang diketahui secara pasti. Untuk mengatasi erotomania, tantangannya cukup besar karena sifat keyakinan delusional itu.

Namun, biasanya pengobatan yang dilakukan untuk pertama kali adalah memberikan obat, terutama antipsikotik yang membantu mengelola delusi dan mencegahnya memburuk.

Selain obat, terapi juga dapat menjadi bagian penting dari pengobatan, terutama terapi perilaku kognitif (CBT).

"Biasanya, kombinasi psikoterapi dan pengobatan diperlukan untuk meringankan gejala delusi erotomanik," kata Tucker.

CBT dapat membantu mengatasi penyebab yang mendasarinya dengan memanfaatkan teknik restrukturisasi kognitif dan terapi keengganan.

Di samping itu, obat antipsikotik berguna dalam mengurangi pemikiran delusi dalam beberapa jam atau hari, meskipun mungkin membutuhkan waktu empat hingga enam minggu untuk mencapai efek penuhnya.

Oleh karena itu, dalam perawatan erotomonia lebih berorientasi pada pengelolaan gejala dan meningkatkan kualitas hidup bagi orang yang mengalami kondisi tersebut. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar