c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

24 September 2025

20:02 WIB

Mengenal Awan Cumulonimbus, Fenomena Spektakuler Yang Menyimpan Bahaya

Awan cumulonimbus juga dikenal dengan sebutan thunderhead. Proses terbentuknya awan ini biasanya di siang hingga sore hari, saat permukaan Bumi dipanaskan secara tidak merata oleh sinar matahari.  

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Satrio Wicaksono

<p id="isPasted">Mengenal Awan Cumulonimbus, Fenomena Spektakuler Yang Menyimpan Bahaya</p>
<p id="isPasted">Mengenal Awan Cumulonimbus, Fenomena Spektakuler Yang Menyimpan Bahaya</p>

Awan cumulonimbus badai terbentuk sebelum badai petir di langit gelap. Cuaca awan yang bergerak dan berubah-ubah. Shutterstock/Bilanol.

JAKARTA - Beberapa waktu lalu, masyarakat di wilayah Jawa Barat, khususnya Bandung hingga Garut dibuat terkesima oleh penampakan awan tebal menjulang tinggi di langit. Awan itu tampak padat, sesekali memancarkan kilatan petir di dalamnya, diiringi suara guntur yang menggelegar. 

Banyak orang yang merekam fenomena tersebut dan membagikannya di media sosial. Tak sedikit pula yang sempat mengaitkannya dengan aktivitas gunung berapi karena bentuk dan suasananya yang dramatis. 

Namun sebenarnya, fenomena itu bukan tanda letusan gunung, melainkan kemunculan awan cumulonimbus. Lantas, apa sebenarnya awan cumulonimbus itu?

Melansir laman Earthsky, awan cumulonimbus adalah salah satu formasi awan paling mengagumkan di atmosfer. Kata cumulonimbus sendiri berasal dari bahasa Latin yakni cumulus yang berarti tumpukan dan nimbus yang berarti awan. 

Awan ini biasanya terbentuk dari awan cumulus putih yang gembung, lalu berkembang sangat cepat ketika kondisi atmosfer mendukung. Tinggi awan cumulonimbus bisa luar biasa. 

Bagian bawahnya terbentuk di ketinggian sekitar 1.000 meter dari permukaan tanah, sementara puncaknya bisa menjulang hingga lebih dari 12.000 meter, bahkan menyentuh lapisan stratosfer. Pada puncaknya, awan ini akan melebar dan membentuk ciri khas berbentuk landasan atau palu godam, mirip topi datar raksasa di langit. 

Karena perannya dalam memicu badai petir, awan cumulonimbus juga dikenal dengan sebutan thunderhead. Awan cumulonimbus terbentuk melalui proses konveksi, yaitu ketika udara hangat yang lembap di permukaan bumi naik karena lebih ringan dibanding udara dingin di sekitarnya. 

Proses ini biasanya terjadi di siang hingga sore hari, saat permukaan bumi dipanaskan secara tidak merata oleh sinar matahari. Ketika udara hangat tersebut naik, uap air yang dibawanya mendingin lalu mengembun menjadi gumpalan awan cumulus. 

Jika udara yang naik tetap lebih hangat dari lingkungan sekitarnya, awan akan terus tumbuh ke atas hingga membentuk cumulonimbus. Kondisi atmosfer yang tidak stabil di mana suhu turun drastis seiring ketinggian akan membuat pertumbuhan awan ini semakin cepat.

Di dalam awan cumulonimbus yang berkembang, terdapat arus udara naik dan arus udara turun dengan kecepatan sangat tinggi, bahkan bisa melampaui 160 km/jam. Arus udara naik membawa uap air hingga ke lapisan atas atmosfer, tempat uap air berubah menjadi butiran air atau kristal es. 

Proses ini melepaskan energi panas yang mendorong awan tumbuh lebih besar. Puncaknya akan terhenti ketika mencapai tropopause, batas antara troposfer dan stratosfer.

Dampak dan Cuaca yang Ditimbulkan

Fenomena ini bukanlah tanda letusan gunung, melainkan bagian dari dinamika atmosfer yang memberi peringatan bahwa cuaca ekstrem sedang atau akan terjadi. Awan cumulonimbus bisa terbentuk di mana saja di dunia, khususnya di wilayah dengan udara hangat dan lembap. 

Di Indonesia, awan ini lazim muncul pada musim hujan atau saat cuaca labil. Fenomena ini biasanya lebih sering terlihat pada sore hingga malam hari, ketika energi panas dari siang hari mendorong pertumbuhan awan secara maksimal. 

Kemunculan awan cumulonimbus sering kali menjadi tanda datangnya cuaca buruk. Awan cumulonimbus menakjubkan dipandang, namun dapat memicu berbagai kondisi ekstrem. 

Dari dalamnya bisa turun hujan deras dalam waktu singkat yang berpotensi menyebabkan banjir bandang, disertai hujan es yang terbentuk dari butiran es di lapisan atas awan dan jatuh ke permukaan bumi. Arus udara turun yang kuat kerap memicu angin kencang hingga merusak bangunan, bahkan tak jarang menimbulkan puting beliung atau tornado kecil akibat pusaran angin di dalamnya. 

Petir dari awan ini juga bisa menyambar jauh dari lokasi hujan, sehingga membahayakan siapa pun yang berada di bawahnya. Hal ini membuat pesawat terbang selalu menghindari melewati awan cumulonimbus demi keselamatan. Untuk itu, masyarakat disarankan untuk selalu waspada bila melihat awan cumulonimbus menjulang di langit. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar