09 Juli 2025
17:47 WIB
Mengenal Aspartam, Pemanis Buatan Rendah Kalori
Joint WHO/FAO Expert Committee on Food Additive (JECFA) menetapkan asupan harian aman aspartam sebesar 40 mg/kg berat badan per hari.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Andesta Herli Wijaya
Ilustrasi aspartam. Freepik.
JAKARTA - Belakangan ini, kembali beredar pesan berantai yang menyebut daftar panjang minuman yang diklaim berbahaya karena mengandung aspartam. Dalam pesan itu disebutkan risiko kanker otak, pengerasan sumsum tulang, hingga diabetes, dari konsumsi aspartam.
Aspartam sebenarnya adalah pemanis buatan rendah kalori yang telah digunakan secara global selama lebih dari 40 tahun. Rasa manis aspartam sekitar 200 kali lebih kuat dari gula sehingga menggunakannya dalam jumlah kecil saja sudah cukup.
Banyak produk seperti minuman ringan, minuman energi, suplemen, hingga obat-obatan menggunakan aspartam karena bisa memberikan rasa manis tanpa menambah terlalu banyak kalori. Ini sangat membantu bagi mereka yang ingin mengurangi konsumsi gula, khususnya pada penyintas diabetes.
"Penggunaan aspartam cukup umum, terutama di kalangan individu yang sedang menjalani program penurunan berat badan. Zat ini bisa menjadi bagian dari strategi transisi dalam usaha mengurangi asupan gula tanpa menghilangkan sepenuhnya rasa manis dari makanan atau minuman," ucap kepala Instalasi Gawat Darurat di salah satu RS swasta Jakarta Selatan dr. Gia Pratama dalam keterangannya, Rabu (9/7).
Aspartam sendiri termasuk ke dalam salah satu bahan tambahan makanan yang paling banyak diteliti oleh badan nasional maupun internasional. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah menyatakan aspartam aman dikonsumsi selama masih dalam batas konsumsi harian yang dianjurkan.
"Saya ingin menekankan pentingnya edukasi publik terkait konsumsi pemanis buatan. Penggunaan aspartam tetap perlu disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan tentunya sebaiknya dikonsumsi dalam batas wajar," imbuh dr. Gia.
Joint WHO/FAO Expert Committee on Food Additive (JECFA) pun menetapkan asupan harian aman aspartam sebesar 40 mg/kg berat badan per hari. Kaitan konsumsi aspartam dengan kanker pada manusia pun belum meyakinkan dan masih diperlukan kajian lebih lanjut melalui studi kohort.
Baca juga: Ciri-Ciri Orang Kebanyakan Gula
Maka dari itu, dr. Gia menimpali, sebagai konsumen perlu tahu apa yang harus dikonsumsi dan harus didasarkan pada ilmu, bukan sekadar rumor. Kalau ragu, cari ke sumber yang bisa dipercaya, seperti BPOM, WHO, ataupun tenaga medis profesional.
"Menjadi sehat tidak cukup dengan menjauhi gula, karbohidrat, atau bahan kimia, tetapi juga menjauhi informasi yang menyesatkan. Di tengah derasnya arus hoaks, sikap kritis adalah bagian dari gaya hidup sehat," tutup dr. Gia.