11 Juli 2022
19:24 WIB
Penulis: Tristania Dyah Astuti
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Gangguan seksual menyimpang kerap terjadi di ruang publik, termasuk di dalam transportasi umum.
Misalnya, kasus seorang pria yang melakukan masturbasi di KRL beberapa waktu lalu. Tindakannya tersebut direkam oleh penumpang lain dan viral di berbagai platform media sosial.
Apa yang dilakukan oleh pria tersebut termasuk dalam gangguan eksibisionime. Dikutip dari Psychology Today, eksibisionisme merupakan kondisi di mana seseorang memiliki keinginan atau dorongan untuk memperlihatkan alat kelamin, bahkan melakukan masturbasi di tempat umum yang semuanya itu bermula dari pikiran dan fantasi.
Mereka menganggap bahwa orang lain yang melihat aksinya dapat merasakan rangsangan dan sensasi seksual yang sama, sehingga ia mendapatkan kepuasan atau orgasme saat melakukan hal tersebut.
Gangguan eksibisionisme masuk dalam bagian perilaku seksual menyimpang Parafilia. Parafilia adalah aktivitas seksual yang tidak pada umumnya atau abnormal. Penderitanya cenderung memiliki hasrat dan dorongan seksual terhadap benda, situasi, atau perilaku.
Baca juga: Memahami Ekshibisionisme Dan Cara Mengatasinya
Penyebab seksual penyimpangan ini beragama, mulai dari fisik dan psikis. Melansir "Sexual Deviance Journal", ada hubungan antara otak dengan perilaku pelaku eksibisionisme. Hal ini dapat disebabkan oleh cedera atau penyakit pada otak khususnya bagian lobus temporal atau amigdala.
Selain itu, faktor lain yang mendukung dan memicu gangguan eksibisionisme yakni trauma masa kecil, yang mana mereka pun telah menjadi korban pelecehan seksual atau emosional saat kanak-kanak.
Dilansir dari situs kesehatan MSDmanuals, umumnya dorongan untuk melakukan aktivitas seksual di ruang publik bagi penderita gangguan eksibisionistik tidak terencana. Hasrat itu muncul jika dipicu oleh situasi yang mendukung dan dorongan pikiran.
Penderita gangguan eksibisionisme memerlukan pemeriksaan medis berkala untuk membuktikan bahwa ia mengidap gangguan tersebut dan mengganggu mental.
Baca juga: Sulitnya Keluar Dari Belenggu Trauma Pelecehan Seksual
Jika terbukti memiliki kelainan, pengidap gangguan eksibisionistik memerlukan bantuan profesional untuk memberikan psikoterapi, dukungan dan obat-obatan seperti antidepresan dan obat lainnya untuk mengontrol perilaku.
Eksibisionisme tentunya sangat mengganggu, terutama jika dilakukan di angkutan umum dengan ruang terbatas. Karena pelaku dan penderita eksibisionisme tidak dapat dikenali secara fisik maka kasus seperti ini sangat mungkin untuk kembali terjadi.
Sebab itu, para pengguna transportasi publik perlu meningkatkan kewaspadaan, jika melihat gerak gerik penumpang yang terlihat gelisah dan mulai mengarahkan bahkan memasukkan tangannya ke celana maka segaralah menjauh, memalingkan badan atau melaporkan kejadian tersebut kepada petugas keamanan di sekitar.