26 September 2025
13:36 WIB
Mengelola Panik Dan Rasa Bersalah Saat Jadi Ibu Baru
Sejak dalam kandungan, bayi sudah terbiasa mendengar detak jantung ibu ibarat alunan yang menengangkan. Saat berdebar kencang bayi juga merasakan kegelisahan.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi ibu memeluk anak bayi saat sedang menangis. Foto: Freepik.
JAKARTA - Menjadi seorang ibu baru adalah pengalaman penuh warna ada kebahagiaan, rasa haru, sekaligus kegelisahan. Tidak jarang, tangisan bayi membuat ibu merasa panik dan bertanya-tanya.
Perasaan cemas ini sering kali bercampur dengan rasa bersalah atau yang dikenal dengan istilah mom guilt. Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Dimple Nahrani, kunci utama menghadapi situasi ini adalah ketenangan.
"Percaya atau tidak, ibu yang tenang akan membuat bayinya juga lebih tenang," ujar dr. Dimple di Jakarta,
Ia menjelaskan, sejak dalam kandungan, bayi sudah terbiasa mendengar detak jantung ibunya. Suara ritmis itu menjadi musik alami yang menenangkan. Ketika ibu panik dan jantung berdebar kencang, bayi pun ikut merasakan kegelisahan tersebut.
"Kalau yang menggendong deg-degan terus, bayi juga akan sulit merasa nyaman. Akhirnya, ibu jadi semakin bingung dan tidak bisa berpikir jernih," jelas dr. Dimple.
Padahal, tangisan bayi tidak selalu menandakan adanya masalah besar. Menurut dr. Dimple, wajar jika bayi menangis karena itu adalah cara utama mereka berkomunikasi.
“Kalau bisa, kita drop dulu rasa bersalah itu. Jangan berpikir, bayi saya nangis karena saya salah. Tangisan bayi bisa terjadi karena lapar, popok basah, atau hanya ingin merasa dekat. Jadi, jangan langsung menyalahkan diri sendiri,” ungkapnya.
Untuk membantu para ibu baru agar tidak larut dalam kepanikan, dr. Dimple menyarankan beberapa langkah sederhana. Saat rasa cemas datang, ambillah jeda sejenak dengan menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Cara ini dapat membantu menurunkan detak jantung sekaligus menenangkan pikiran," ucapnya.
Setelah itu, peluklah bayi dengan penuh kasih, karena kehangatan pelukan sering kali lebih menenangkan dibanding mencari jawaban instan. Sambil tetap tenang, coba periksa kebutuhan dasar bayi satu per satu, apakah ia lapar, popoknya basah, atau sekadar ingin digendong lebih lama.
"Yang tak kalah penting, jangan ragu berbagi peran dengan pasangan. Dukungan emosional dari orang terdekat sangat berharga, terlebih menjaga kesehatan mental ibu," jelasnya.