c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

12 Oktober 2024

11:42 WIB

Mengatasi Burnout Pekerja Lewat Paham Personal Boundaries Secara Profesional

Memiliki jobdesc yang jelas dan paham personal boundaries bisa membantu pekerja aman dari burnout yang bisa mengganggu kesehatan mental.

Penulis: Gemma Fitri Purbaya

Editor: Rendi Widodo

<p>Mengatasi <em>Burnout&nbsp;</em>Pekerja Lewat Paham <em>Personal Boundaries</em> Secara Profesional</p>
<p>Mengatasi <em>Burnout&nbsp;</em>Pekerja Lewat Paham <em>Personal Boundaries</em> Secara Profesional</p>

Ilustrasi pekerja dalam tekanan stres. Unsplash

JAKARTA - Menjaga kesehatan merupakan hal yang penting di kondisi saat ini, khususnya di kalangan pekerja. Studi dari Mercer Marsh Benefits bertajuk "Health on Demand 2023" bahkan menunjukkan ada sebanyak 26% karyawan di Indonesia yang mengaku stres dalam kehidupan sehari-hari.

Jika dibiarkan berlarut-larut, stres dapat menyebabkan permasalahan mental lainnya, seperti gangguan kecemasan, hingga depresi. Diceritakan oleh psikolog RS Pondok Indah Jane Cindy Linardi, burnout terhadap tekanan pekerjaan menjadi salah satu masalah utama yang kerap dialami oleh para pekerja sehingga mengakibatkan stres.

Dampaknya, hasil pekerjaan pun menjadi tidak optimal dan mereka tidak bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan.

"Ini biasanya disebabkan oleh beban kerja yang terlalu berat dan sulitnya mengelola waktu untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan skala prioritas. Selain itu, ada juga tendensi karyawan terpaksa mengerjakan hal-hal yang tidak sesuai dengan jobdesc-nya karena merasa sungkan menolak permintaan dari atasan atau senior," ungkap Jane dalam wawancara media eksklusif, Kamis (10/10).

Tanda-tanda seseorang mengalami burnout sendiri adalah tubuh cepat merasa lelah meskipun sudah tidur dengan durasi yang cukup, mengalami perubahan pola tidur dan pola makan, menurunnya motivasi kerja, dan mulai menarik diri dari lingkungan sosial.

Apabila dibiarkan begitu saja, burnout dapat mempengaruhi kesehatan mental dan memicu banyak konflik pekerja dengan orang lain, termasuk keluarga, pasangan, maupun anak.

Untuk itu, ada baiknya pekerja mengetahui kapan harus membatasi diri dari beban pekerjaan yang ditanggung, memiliki waktu untuk diri sendiri setelah pulang kerja atau saat akhir pekan, memiliki waktu tidur yang cukup, rutin berolahraga, dan rutin melakukan aktivitas yang sesuai dengan kesukaan atau hobi.

"Selain itu, penting juga perusahaan untuk memastikan bagian human resource department (HRD) memiliki psikolog industri dan organisasi agar dapat melakukan konseling karyawan secara berkala, sebab tidak semua perusahaan memiliki psikolog di bagian HRD," psikolog yang berpraktik di RS Pondok Indah Bintaro Jaya itu menambahkan.

Lingkungan kerja pun harus mendukung kesehatan mental pekerja. Semisal dengan tidak memberikan load pekerjaan berlebih termasuk di luar jam kerja, tidak adanya senioritas yang bisa menekan junior untuk melakukan hal-hal di luar dari jobdesc-nya, dan menghargai personal boundaries pekerja dengan tidak menghubungi mereka terkait pekerjaan pada tanggal merah, akhir pekan, waktu cuti, dan sebagainya. Dengan demikian, kesehatan mental pekerja pun bisa terjaga dan mencegah terjadinya burnout.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar