19 Juli 2025
14:23 WIB
Mengapa Mata Kering Lebih Sering Dialami Perempuan? Ini Penjelasannya
Banyak kasus mata kering yang berhubungan dengan autoimun justru muncul di usia muda, terutama pada perempuan usia produktif 20–30 tahun.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi seseorang meneteskan obat mata kering. Shutterstock/Rohane Hamilton
JAKARTA - Keluhan mata kering atau dry eye syndrome semakin sering ditemui dalam praktik sehari-hari. Dan hal tersebut ternyata lebih banyak dialami oleh perempuan.
Hal tersebut diperkuat data National Institutes of Health (NIH) dan jurnal Autoimmunity Reviews yang menunjukkan, sekitar 80% penderita autoimun adalah perempuan. Dan pada sebagian besar kasus dimulai pada usia 20–40 tahun.
Penyakit seperti Sjogren syndrome yang erat kaitannya dengan mata kering, juga memiliki prevalensi jauh lebih tinggi pada perempuan. Menurut dr. Laurentius Aswin Pramono, Dokter Spesialis Penyakit Dalam di JEC Eye Hospitals and Clinics, kondisi ini berkaitan erat dengan sistem kekebalan tubuh, faktor hormonal, dan usia.
"Banyak kasus dry eye yang berkaitan dengan penyakit autoimun, dan kita tahu, autoimun lebih banyak menyerang perempuan. Baik yang bersifat lokal, seperti Sindrom Sjögren, maupun yang sistemik seperti lupus atau rheumatoid arthritis,” ujar dr. Laurentius di Jakarta.
Ia menjelaskan, secara ilmiah, perempuan memang memiliki risiko 4–5 kali lebih tinggi untuk mengalami penyakit autoimun dibandingkan laki-laki. Hal ini bukan tanpa sebab.
"Secara genetik, perempuan memang lebih rentan terhadap autoimun. Ini adalah kecenderungan biologis yang tidak bisa dihindari,” jelasnya.
Selain faktor genetik, perubahan hormonal juga memengaruhi. Perempuan mengalami penurunan hormon estrogen secara signifikan saat memasuki masa menopause, biasanya mulai usia 40 tahun ke atas.
Penurunan hormon ini ikut berdampak pada keseimbangan air mata dan kesehatan permukaan mata, menjadikan perempuan lebih rawan mengalami mata kering. Sementara itu, laki-laki mengalami andropause penurunan hormon testosteron di usia yang umumnya lebih tua dan berlangsung lebih perlahan, sehingga tidak berdampak secepat atau sekuat menopause pada perempuan.
Menariknya, banyak kasus mata kering yang berhubungan dengan autoimun justru muncul di usia muda, terutama pada perempuan usia produktif 20–30 tahun. Hal ini berkaitan dengan pola munculnya autoimun yang memang lebih sering terdeteksi di usia tersebut.
"Kalau dry eye karena autoimun, seringnya muncul pada usia muda, karena memang autoimun seperti lupus, Sjogren, atau rheumatoid arthritis cenderung muncul pada perempuan usia produktif. Jarang sekali kasus lupus baru terdeteksi di usia 50-an ke atas,” tuturnya
Sebaliknya, jika mata kering muncul di usia tua, biasanya bukan disebabkan oleh autoimun, melainkan karena faktor penuaan alami, penurunan produksi air mata, atau pemakaian obat-obatan tertentu. Kondisi mata kering bisa jadi hanya keluhan ringan, namun pada sebagian kasus bisa menjadi gejala awal gangguan autoimun yang lebih serius.
"Karena itu, penting bagi perempuan terutama di usia produktif untuk tidak mengabaikan gejala seperti mata perih, gatal, terasa berpasir, atau cepat lelah saat menatap layar," pungkasnya.