26 September 2022
11:22 WIB
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Sampai dengan hari ini masih ada sebagian masyarakat yang enggan menggunakan alat kontrasepsi, lantaran faktor mitos atau persepsi yang keliru terkait alat pencegah kehamilan tersebut.
"Spiral katanya nanti kalau hamil bisa nancap di kepala atau pipi. Banyak mitos-mitos yang beredar, makanya perlu sosialisasi dan konseling lah," ujar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, dikutip dari Antara, Senin (26/9).
Selain itu, ada lagi anggapan bahwa alat kontrasepsi dapat mempengaruhi gairah seksual seseorang. Menurut Hasto, penggunaan alat kontrasepsi juga dapat membuat gairah seksual seseorang menjadi lebih stabil.
Akan tetapi, dia membenarkan bahwa penggunaan kondom dapat membuat hubungan seksual menjadi sedikit tidak nyaman.
"Kalau kondom agak sedikit mempengaruhi kenikmatan mungkin bisa, karena dengan kondom kan tidak kontak langsung sehingga ada keluhan tidak nyaman, itu bisa saja terjadi," katanya.
Namun demikian, dirinya mengungkapkan bahwa bahwa setiap alat kontrasepsi juga memiliki tingkat kegagalan masing-masing yang dapat menyebabkan kehamilan. Misalnya, tingkat kegagalan kondom adalah 25:100 per tahun artinya dari 100 pasangan subur yang menggunakan kondom, terdapat 25 pasangan yang gagal mencegah kehamilan dalam satu tahun.
Menurut Hasto, tingkat kegagalan IUD lebih rendah jika dibandingkan dengan kondom. Oleh karenanya, penggunaan IUD dianggap lebih berhasil dalam perencanaan kehamilan.
"Kontrasepsi jangka panjang seperti implan, suntik, IUD itu kegagalannya kecil hanya 3 banding 1.000 per tahun. Ya kegagalan pasti ada tapi masing-masing alat kontrasepsi beda-beda," kata Hasto.
Hasto mengatakan, saat ini terdapat 57% pasangan usia subur di Indonesia sudah menggunakan alat kontrasepsi dari target 62%. Menurutnya, angka ini sudah cukup baik apalagi dalam kondisi pandemi covid-19 selama dua tahun terakhir.
Mensosialisasiskan kehamilan yang terencana sangat penting untuk menekan angka kematian ibu dan bayi, kualitas hidup bayi dan menghindari kondisi gagal tumbuh atau yang dikenal dengan stunting.
"Kita harus terus memberi pemahaman tentang bahaya kehamilan yang tidak direncanakan, jarak terlalu dekat, itu yang terus disosialisasikan. Kalau punya anak terlalu dekat, stuntingnya tinggi, kalau anak stunting dia akan pendek, tidak cerdas, sakit-sakitan dan tidak punya daya saing," katanya.
Untuk menekan angka kehamilan atau merencanakan kehamilan dapat juga menggunakan KB alami sebagai alternatifnya. Ini merupakan metode kontrasepsi yang dilakukan tanpa menggunakan bantuan alat, obat atau prosedur tertentu.
Salah satu cara metode KB alami adalah dengan mencatat siklus menstruasi sehingga dapat menghindari melakukan hubungan seksual di masa subur.