c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

10 Oktober 2022

17:39 WIB

Menelisik Kontroversi Aksi Panggung Musisi Dunia

Berbagai musisi pernah melakukan aksi panggung yang kontroversial sebagai bentuk spontanitas. Terkadang, kritik justru lebih banyak dibandingkan pujian.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Rendi Widodo

Menelisik Kontroversi Aksi Panggung Musisi Dunia
Menelisik Kontroversi Aksi Panggung Musisi Dunia
Ilustrasi konser musik. Pixabay

JAKARTA - Aksi panggung Pamungkas baru-baru ini menjadi kontroversi di jagat media sosial. Tindakannya menggesekkan handphone salah satu penggemar ke arah bagian vital, dianggap berlebihan dan tidak beretika oleh sebagian kalangan. Banyak kritik bahkan hujatan, terarah kepada sang penyanyi karenanya.

Kontroversi Pamungkas adalah satu dari sekian banyak kontroversi yang terjadi di panggung hiburan, khususnya penyanyi atau musisi pada saat pertunjukan langsung. Banyak musisi dunia yang ketika berada di atas panggung, secara spontan melakukan hal-hal tertentu yang bisa memicu kritik publik

Akibatnya, nama sang musisi pun menjadi perbincangan. Tidak karena karyanya, namun karena aksi panggungnya yang mencolok dan dianggap kontroversial. Beberapa musisi kenamaan pernah disorot karena aksi mereka, mulai dari aksi yang brutal, tak masuk akal hingga yang bernuansa seksual.

Madona, misalnya, adalah salah satu yang terkenal dengan aksi panggung dan pernyataan kontroversialnya. Salah satunya yaitu saat tampil menyanyikan lagu “Hollywood” bersama Britney Spears dan Christina Aguilera di panggung MTV Music Awards 2003.

Ketika asyik menyanyi, Madona tiba-tiba mencium bibir Britney Spears. Sontak hal itu membuat para penontonnya histeris, dan menjadikan peristiwa itu sebagai buah bibir selama beberapa waktu setelah itu.

Lain lagi ulah Ozzy Osbourne, mantan vokalis Black Sabbath yang dijuluki ‘Pangeran Kegelapan’ oleh banyak penggemarnya. Pada sebuah konser dalam rangka mempromosikan album solonya, “Blizzard of Ozz tahun 1980, dedengkot heavy metal ini melakukan aksi panggung brutal dengan menggigit kepala seekor kelelawar hingga putus.

Yang tak kalah ekstrem adalah legenda rock Jim Morrison. Sosok satu ini begitu melekat dengan aksi panggung kontroversial, bahkan pernah ditangkap oleh polisi ketika sedang berada di atas panggung.

Salah satu aksinya yang tak terlupakan adalah membuka celana dan memperlihatkan kemaluannya saat konser di Miami pada tahun 1969.

Bentuk Fan Service?
Berbagai aksi kontroversial musisi di atas panggung bisa jadi merupakan bentuk ‘fan service’ atau suguhan untuk menyenangkan penggemar. Fan service sendiri adalah istilah yang merujuk pada aksi atau perlakuan tertentu yang sengaja dihadirkan di luar karya, untuk menyenangkan penggemar.

Seperti Madona misalnya, yang memang dikenal gemar menggoda penggemar dengan berbagai aksinya yang mengejutkan. Termasuk pada kasus musisi Pamungkas baru-baru ini, di mana sang musisi mengakui bahwa apa yang ia lakukan adalah bentuk fan service.

Tapi, bentuk fan service Madona maupun Pamungkas adalah jenis yang terbilang ekstrem. Jika melihat ke skena K-Pop, misalnya, yang dewasa ini memang banyak memunculkan gagasan fan service, bentuk-bentuk ‘layanan penggemar’ relatif lebih ‘kalem’. Misalnya, melalui jabat tangan, pelukan ataupun kontak mata dengan penggemar, merupakan bentuk fan service yang paling umum.

Tapi, bisa jadi pula berbagai aksi panggung para musisi tersebut bukanlah sebuah fan service. Gagasan fan service yang ekstrem ibarat pedang bermata dua, bisa menimbulkan kesan positif, bisa pula sebaliknya, bahkan bisa dianggap melanggar etika atau kenyamanan penggemar yang menonton.

Dalam konteks lain, memang tidak semua aksi panggung mengarah ke fan service. Selain dilakukan sekadar sebagai ekspresi spontan, aksi-aksi panggung tertentu juga muncul karena terpengaruh obat-obatan, seperti yang terjadi pada Jim Morrison.

Pada konteks lain, aksi panggung juga bisa menjadi bagian dari kritik sang musisi baik terhadap isu sosial tertentu atau kritik langsung terhadap pemerintah. Misalnya seperti yang pernah dilakukan Rage Against The Machine (RATM), manggung tanpa busana dengan mulut diperban. Aksi ini di salah satu penampilan RATM di tahun 1993, sebagai ekspresi kritik mereka menentang penyensoran.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar