c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

23 November 2022

19:13 WIB

Mendorong Industri Film Lebih Inklusif Dan Berorientasi Global

Prestasi perfilman tanah air hari ini akan menjadi kekuatan diplomasi budaya Indonesia di kancah dunia.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

Mendorong Industri Film Lebih Inklusif Dan Berorientasi Global
Mendorong Industri Film Lebih Inklusif Dan Berorientasi Global
Pengunjung menunggu jadwal tayang film bioskop di CGV, Dmall, Depok, Jawa Barat. Antara Foto//Asprilla Dwi Adha

JAKARTA - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengungkapkan kegembiraan atas ekosistem industri film nasional hari ini. Industri yang bertumbuh pesat, pertumbuhan penonton dalam negeri ditambah menguatnya jejaring distribusi internasional, menjadi tanda kebangkitan industri film nasional pasca pandemi.

Bersamaan, ekosistem perfilman Indonesia juga tampak semakin inklusif dengan keterlibatan banyak pelaku film perempuan yang bahkan mendominasi pencapaian prestasi film Indonesia di luar negeri. Ada Kamila Andini yang karyanya “Before, Now & Then (Nana)” meraih penghargaan di berbagai festival internasional, Yulia Evina Bhara memproduksi “Autobiography” yang juga berprestasi, dan sederet lagi nama-nama lainnya.

Hal itu disampaikan Nadiem saat menghadiri acara Malam Puncak Piala Citra di Jakarta Convention Center, Selasa (22/11). Kepada para insan film yang hadir, Nadiem menekankan bahwa potret tersebut adalah bentuk kemajuan penting bagi perfilman Indonesia yang harus terus diupayakan bersama.

“Sebagaimana diketahui, peran perempuan dalam produksi-produksi film Indonesia telah semakin signifikan. Saat ini kita telah banyak melihat perempuan-perempuan hebat yang berperan sebagai sutradara, produser, penulis naskah, dan berbagai peran lain yang sebelumnya jarang dijalankan perempuan,” ungkap Nadiem.

Nadiem mengulas lebih jauh, bahwa pencapaian-pencapaian tersebut menurutnya tak terlepas dari kerja keras para insan film untuk bertahan dan bangkit dari pandemi. Bersamaan, di sisi lainnya, pemerintah berupaya hadir lewat berbagai program pendukungan. 

Termasuk salah satunya yaitu Dana Indonesiana yang telah banyak dimanfaatkan untuk fasilitasi film-film Indonesia tampil di berbagai negara dan festival bergengsi.
Fokus pada distribusi internasional ini menurut Nadiem penting terus didorong. Dengan begitu, akan memperkuat posisi film Indonesia di skena industri global yang tentunya akan berdampak pula terhadap industri di tanah air.

Tak hanya menyangkut film, dengan prestasi perfilman, akan menjadi kekuatan diplomasi budaya bagi Indonesia di kancah dunia.

“Karena dengan semakin banyaknya film-film Indonesia yang memperoleh perhatian dunia internasional, akan berdampak sangat besar pada penguatan ekosistem film di dalam negeri, serta memperkuat posisi diplomasi kita di mata dunia,” katanya.

“Mari bersama-sama kita menghadirkan film-film yang inklusif dan berorientasi global, demi terwujudnya kemerdekaan budaya bagi seluruh masyarakat Indonesia,” imbuh Nadiem.

Dorongan dari pemerintah direspon antusias oleh para insan film tanah air. Reza Rahadian selaku Ketua Komite FFI menyatakan, saat ini kondisi industri perfilman Indonesia sedang memasuki era terbaiknya setelah pandemi. Tak hanya ditilik dari prestasi internasional, tetapi juga pertumbuhan jumlah penonton yang signifikan.

Tahun ini, masyarakat film merayakan kebangkitan film Indonesia dari pandemi, di mana ada 12 film Indonesia tercatat berhasil menembus lebih dari 1 juta penonton. Dari perhitungan pangsa pasar, menurut Reza, film Indonesia tahun ini pun mendekati pencapaian tertinggi sebelum pandemi, dengan market share mencapai 61%.

“Film Indonesia juga makin menjejakkan prestasi di dunia, capaian demi capaian itu, harapan kita bersama, nggak hanya berkontribusi bagi budaya bangsa tapi juga menggerakkan ekonomi bangsa,” kata Reza.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar