c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

06 Maret 2025

13:41 WIB

Mendorong Bangkitnya Industri Otomotif Nasional

Di tengah gempuran kendaraan-kendaraan dari prosuden global, Indonesia perlu melakukan penguatan dan menghidupkan lagi ambisi untuk membangun industri otomotif dalam negeri. 

Penulis: Arief Tirtana

<p>Mendorong Bangkitnya Industri Otomotif Nasional</p>
<p>Mendorong Bangkitnya Industri Otomotif Nasional</p>

Ilustrasi Pabrik Mobil. Sumber: Kemenperin

JAKARTA - Indonesia menjadi pasar potensial buat produsen otomotif global. Berbagai merek asal China, Jepang, Korea Selatan dan juga Eropa datang dan bersaing di pasar otomotif tanah air. Seharusnya, hal ini juga dijadikan sebagai pengingat bagi Indonesia untuk membangun dan memperkuat industri otomotif dalam negeri. 

"Indonesia perlu membangun industri otomotif nasional yang kompetitif, salah satunya dengan menghidupkan kembali ambisi menciptakan mobil nasional. Sebagai pemain baru, nantinya pemerintah harus melakukan pendekatan yang lebih realistis, yakni bermitra dengan perusahaan teknologi atau manufaktur global, termasuk dari China," kata Pakar Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu.

Menurutnya, pendekatan ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan desain, komponen kunci sambil tetap membangun identitas lokal. Selain itu, fokus pada penguatan rantai pasok lokal juga penting, dengan meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) hingga mencapai 70-80% untuk semua kendaraan, termasuk Baterai Eelectric Vehicle (BEV).

Tidak hanya itu, untuk menumbuhkan minat produsen lokal agar mau ikut berpartisipasi dalam persaingan ini, pemerintah disarankan untuk memperhatikan kebijakan insentif pajak bagi perusahaan yang memproduksi komponen dalam negeri, seperti baterai, motor listrik, dan bodi.

"Pemanfaatan cadangan nikel terbesar dunia di Indonesia untuk membangun industri baterai lokal juga menjadi langkah strategis. Kerja sama dengan perusahaan seperti CATL dari China atau LG Chem dari Korea bisa diperluas, namun dengan syarat adanya transfer teknologi dan pembentukan perusahaan patungan yang mayoritas sahamnya dimiliki Indonesia," ujar dia dikutip dari Antara.

Pemerintah juga perlu memberikan kebijakan menguntungkan bagi produsen lokal yang memiliki komitmen tinggi untuk berpartisipasi dalam pertarungan ini. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengalihkan subsidi EV dari konsumen ke produsen lokal yang berkomitmen membangun ekosistem industri di Indonesia, seperti fasilitas perakitan atau R&D.

Penerapan standar kualitas yang ketat, seperti keamanan dan emisi serta pembatasan impor kendaraan CBU, akan memaksa merek asing untuk mau merakit kendaraan mereka di tanah air, yang pada gilirannya akan menciptakan lapangan kerja dan memberikan nilai tambah untuk ekonomi lokal.

Peningkatan dan Memanfaatkan SDM

Sejatinya, Indonesia tidak kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni dalam industri ini. Ketika pemerintah memberikan perhatian lebih dan kesempatan untuk bekerja sama dengan pihak universitas dan industri, ini akan memberikan Indonesia keunggulan kompetitif di bidang teknologi baterai atau bahkan kendaraan otonom.

Menurut dia, terdapat penting dalam meningkatkan daya saing konsumen dan SDM, seperti pendalaman edukasi konsumen terkait kampanye yang masif untuk meningkatkan kesadaran akan manfaat EV, dan mendorong konsumen memilih produk yang mendukung industri lokal dengan TKDN tinggi, akan mengurangi ketergantungan pada merek asing.

Selain itu, pelatihan tenaga kerja di bidang manufaktur EV, perawatan baterai, dan teknologi digital sangat diperlukan untuk bisa ikut berpartisipasi dalam industri tersebut. Kerja sama dengan politeknik serta perusahaan-perusahaan otomotif baik dari China, Jepang dan Korea Selatan bisa menjadi langkah awal untuk memupuk pondasi yang kuat di masa mendatang.

Kemudahan Membeli Kendaraan Lokal

Selain memupuk SDM unggul dalam terciptanya ekosistem kendaraan asli Indonesia, pemerintah juga perlu memberikan perhatian terhadap daya beli kendaraan untuk pasar lokal seperti keringanan PPnBM atau kredit berbunga rendah. Ketergantungan terhadap satu negara juga harus dihindari. Hal tersebut bisa mulai dieksplor dengan menjajaki kerja sama dengan Korea Selatan, India, atau negara industri lain yang kooperatif.

Meski begitu, dia menilai adanya berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia ketika hendak memproduksi kendaraan anak bangsa, seperti koordinasi antar-instansi yang sering terhambat oleh kerumitan, tumpang - tindih birokrasi, kekurangan modal dan teknologi hingga high cost economy yang kerap terjadi.

Sehingga, jika Indonesia memiliki keinginan yang kuat dalam melahirkan kendaraan lokal, langkah pertama yang harus diambil adalah dengan membangun industri lokal yang kuat.

Selanjutnya pemerintah harus memanfaatkan kebijakan untuk menarik investasi produktif, serta menyiapkan SDM dan infrastruktur pendukung yang memadai. Hal tersebut sangat penting agar menjadikan Indonesia sebagai pemain yang disegani di industri ini di masa mendatang.

"Jika Indonesia hanya pasrah pada persaingan merek China, Jepang, dan Eropa, bangsa ini akan kehilangan peluang emas untuk naik kelas dalam rantai nilai global otomotif. Waktu adalah kunci, dan langkah pertama bisa dimulai dengan memperkuat regulasi TKDN serta menarik mitra strategis untuk transfer teknologi," ungkapnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar